Foto Perwakilan UM Surabaya Pramudana Ihsan dan Holy Ichda Wahyuni saat MoU dengan Singapore Polytechnic (Humas)
Sebanyak tiga puluh mahasiswa Singapore Polytechnic akan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional Learning Express (LeX) yang difasilitasi oleh Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Hal tersebut sebagai tindak lanjut MoU Singapore Polytechnic dengan UM Surabaya pada Rabu (31/5/23)
Pada tahun ini KKN LeX akan digelar di Lamongan Jawa Timur dengan mengangkat potensi lokal pesisir utara di Kecamatan Paciran Lamongan Jawa Timur.
Diketahui, Learning Express (LeX) adalah program luar negeri selama 12 hari yang membekali mahasiswa dengan pola pikir design thinking dalam konteks inovasi sosial. Dalam program ini, mahasiswa dapat menikmati pengalaman di luar buku teks seperti belajar bahasa baru dan mengikuti homestay komunitas. Mahasiswa dapat berinteraksi dan membangun persahabatan dengan pemuda dari Asia dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah yang dihadapi komunitas luar negeri.
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Dede Nasrullah mengatakan bahwa program KKN LeX tahun ini akan diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari 30 mahasiswa Singapore Polytechnic dan 30 mahasiswa UM Surabaya yang berperan sebagai pendamping selama kegiatan KKN berlangsung.
“Ada beberapa fokus potensi lokal yang akan menjadi project dalam program Learning Express diantaranya: batik tulis, pengelolaan limbah rajungan dan pengelolahan air siwalan,”ujar Dede.
Dede menjelaskan, pesisir utara Kabupaten Lamongan, memiliki kawasan pantai yang menjadi sentral kegiatan nelayan dengan hasil tangkapan utama adalah rajungan (Portunus Pelagicus). Beberapa permasalahn diantaranya: limbah cangkang rajungan menimbulkan aroma tidak sedap yang dapat memicu pencemaran udara hingga tidak bernilai ekonomi.
Sementara permasalahan lain adalah batik tulis karena menurunnya jumlah pengrajin sebab rendahnya minat generasi muda dan kendala pemasaran dan mencari target pasar. Tak hanya itu permasalahan juga dialami oleh petani siwalan yang memanjat pohon tinggi dan tentu berbahaya untuk keselamatan bekerja, kemasan yang tidak menarik yang selama ini menggunakan botol bekas plastik hingga pemasaran dan jangkauan yang masih belum luas.
“Nantinya mahasiswa SP bergabung dengan mahasiswa institusi mitra untuk bersama-sama menciptakan solusi prototipe yang bertujuan, berkelanjutan, dan inovatif untuk masalah kehidupan nyata,”imbuh Dede lagi.
Dede, menambahkan mahasiswa SP akan mengembangkan pemahaman tentang isu-isu yang dihadapi masyarakat di pedesaan dalam konteks budaya sosial, ekonomi, dan menganalisis isu-isu tersebut dari berbagai perspektif.
Terakhir, melalui program ini, mahasiswa dapat menerapkan kerja sama tim dan keterampilan komunikasi, mengembangkan pemahaman diri yang lebih baik, empati terhadap komunitas, menyadari dampak positif yang dapat mereka berikan dalam kehidupan komunitas yang membutuhkan, dan mencapai ketahanan hidup yang lebih tinggi.
(0) Komentar