Relawan Matana UM Surabaya Tangani Patah Tulang Hingga ISPA

  • Beranda -
  • Berita -
  • Relawan Matana UM Surabaya Tangani Patah Tulang Hingga ISPA
Gambar Berita Relawan Matana UM Surabaya Tangani Patah Tulang Hingga ISPA
  • 30 Des
  • 2021

Foto relawan MATANA UM Surabaya di posko lokasi (Dokumentasi: Matana UM Surabaya)

Relawan Matana UM Surabaya Tangani Patah Tulang Hingga ISPA

Novia Nur Laili Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) yang tergabung dalam Mahasiswa Tanggap Bencana (MATANA) yang telah diberangkatkan seminggu lalu sebagai relawan kebencanaan untuk membantu pemulihan pasca erupsi Gunung Semeru menceritakan pengalamannya saat memulai aktifitas dengan menangani kesehatan penyintas.(30/12/21)

Novia salah satu mahasiswa yang ditugaskan di klaster medis menceritakan pengalamannya dan menyampaikan klaster medis yang ditanganinya terdapat dua pelayanan, pertama pelayanan dilakukan di pos dengan cara penyintas menghampiri dan langsung dilakukan medical check-up seperti tekanan darah dan pemberian obat-obatan. Kedua pelayanan mobil yakni dengan mengunjungi tempat-tempat pengungsian di desa binaan yang dilakukan setiap 2 hari sekali.

“Setiap hari selalu ada cerita menarik yang membuat tim kami terharu. Beberapa kali saya didatangi pasien fracture lansia yang menjadi korban saat berlari menghindari erupsi hingga mereka terjatuh dan mengalami patah tulang. Tak hanya itu disini juga banyak dijumpai penyakit ISPA, myalgia dan hipertensi,”ujar Novia dalam keterangan tertulis.

Novia juga menceritakan banyak kegiatan yang dilakukan relawan MATANA untuk membantu proses recovery masyarakat yang terdampak, diantaranya terdapat klaster logistik yang mengurus kebutuhan makanan di tempat pengungsian dan dapur umum. Klaster psikososial yang mengadakan kegiatan dan pendampingan untuk menghilangkan trauma pada anak-anak di tempat binaan.

Kepala LPPM UM Surabaya, Dede Nasrullah mengatakan bahwa mahasiswa yang telah diberangkatkan ke lokasi bencana dibagi menjadi 9 gelombang, dengan estimasi waktu setiap gelombang adalah 14 hari.

“Mahasiswa saat ini sudah  mulai melakukan serangkaian kegiatan seperti menangani kesehatan penyintas, memberikan trauma healing, melakukan recovery berjaga di dapur umum hingga melakukan distribusi bantuan dan pendampingan pendidikan, saya berharap MATANA yang diterjunkan mendapatkan banyak pengalaman berbeda dan dapat merekam kejadian dan mengambil pelajaran yang terjadi di lokasi bencana”ujar Dede saat ditemui di ruangannya.