Foto Atlet UM Surabaya Rahmad Adi Mulyono (Dok: Humas)
Rahmad Adi Mulyono dikenal sebagai atlet panjat tebing tim nasional Indonesia yang lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 31 Oktober 2000. Saat ini usianya menuju 22 tahun pada Oktober mendatang. Rahmad Adi mahasiswa semester 6 penerima beasiswa atlet menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Progran Studi (Prodi) Manajemen dan beragama Islam.
Rahmad Adi Mulyono atau yang akrab disapa Adi ini telah menekuni olahraga panjat tebing sejak duduk di bangku kelas 6 SD. Ia merupakan anggota klub panjat dinding Life Sport Climbing di Surabaya. Spesialisasinya adalah panjat dinding kecepatan.
Kepada Redaktur UM Surabaya, Adi menjelaskan pertama kali ia manjat saat duduk di bangku kelas 6 SD tahun 2010. Pertama kalianya ia mengikuti ekstrakurikuler di SDN 1 Mulyorejo. Setelah menekuni beberapa pelatihan, ia tertarik untuk mengikuti kompetisi.
“Waktu itu saya kurang beruntung, karena orang tua tidak mendukung untuk keberangkatan, sehingga saya ditinggal rombongan. Beruntungnya tahun 2013-2014 akhir tahun ada lomba piala koni katagori speed classic dan itu untuk pertama kalinya saya mendapatkan juara 3,”jelas Adi Jumat (3/6/22)
Nama Adi kian melejit saat ia menjuarai Kejuaraan Nasional kelompok umur pada 2015. Setelah itu, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) mempercayakan dirinya tampil di Asian Youth Championship 2017 di Singapura. Namun, Adi belum mendapatkan hasil maksimal kala itu.
Targetkan Prestasi di Asen Games Paris 2024
Adi yang merupakan mahasiswa penerima beasiswa atlet UM Surabaya telah menunjukkan prestasinya baik di kancah nasional maupun internasional. Hal tersebut berhasil ia buktikan pada tahun 2019 berhasil meraih medali perunggu untuk nomor perorangan dan medali emas untuk nomor beregu di Asian Youth Championship. Tak hanya itu pada tahun 2019 ia juga berhasil menyabet medali perunggu Speed Junior Putra IFSC Youth World Championships di Arco, Italia.
Pria yang akrab disapa Adi ini menceritakan pengalamannya saat ia diundang Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini bersama atlet lain di rumah dinas pada tahun 2019. Awalnya ia dipanggil dari pusat bersama lima atlet panjat tebing lain untuk mewakili Indonesia bertanding di IFSC Youth World Championships yang berlangsung di Arco, Italia. Sebelum bertanding, Adi bersama enam atlet lain memusatkan latihan di Yogyakarta selama 10 hari.
"Total ada enam orang atlet panjat tebing asal Indonesia yang bertanding di Italia. Sementara dari Jawa Timur sendiri ada tiga orang, termasuk dengan saya," kata Adi.
Pada kejuaraan tingkat dunia tersebut, Adi menyandang peringkat tiga setelah menang dengan waktu 5,979 detik, berbanding 8,717 detik dari pemanjat tebing asal Ukraina, Y Tkach. Sementara itu, peringkat satu dan dua diduduki atlet Rusia yakni A Nagaev dan S Rukin.
“Saya mendapat medali perunggu dengan catatan waktu 5,97 detik, bersaing dengan Ukraina. Sedangkan juara satu dan duanya diraih atlet Rusia," ujar dia.
Tidak berhenti disitu pada tahun 2020 Adi berhasil meraih medali emas di IFSC Connected Speed Knockout 2020. Selanjutnya pada tahun 2022 Adi berhasil meraih medali perunggu nomor speed dalam seri Piala Dunia Panjat Tebing yang diselenggarakan di Jungnang Sport Climbing Stadium, Seoul Korea Selatan.
Adi kebanggan yang mewakili Indonesia berhasil mengalahkan Ludovico Fossali asal Italia dalam laga perebutan medali perunggu dengan catatan waktu 5,58 detik.
“Untuk kedepannya saya akan fokus pada 2 target kemenangan yakni Asia games 2022 dan Olimpiade Paris 2024,”jelas Adi.
Ia juga menjelaskan dengan berlatih dengan tekun ia mengaku siap bersaing dengan para seniornya agar terus bisa beprestasi di level internasional.
Kunci Keberhasilannya adalah Restu dan Doa Orang Tua
Menurut Adi sendiri, kesuksesan yang diraihnya hingga hari ini adalah berkah restu dan doa orang tua. Menurutnya kedua hal tersebut adalah modal terbesar. Kesuksesan yang dicapai oleh seseorang anak tidak lepas dari peran orang tua, terutama doa mereka.
“Ya, doa orang tua adalah yang paling mustajab. Terutama doa seorang Ibu, karena doa Ibu kepada anaknya mampu menembus langit,”jelas Adi saat wawancara.
Menurutnya juga, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung tumbuh kembang anak. Adi yang berasal dari keluarga sederhana merasa sangat bersyukur dilahirkan dari keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan.
“Pesan Ibu, meskipun saya sebagai atlet, saya harus tetap fokus dengan pendidikan saya. Bersyukur sekali UM Surabaya hadir sebagai kampus yang peduli dengan pendidikan para atlet. Sangat senang karena UM Surabaya memberikan beasiswa penuh, oleh sebab itu saya akan selalu berusaha memberikan yang terbaik,”terang Adi.
Adi juga menjelaskan dari keluarganyalah ia diajarkan tanggung jawab, kepercayaan diri,disiplin dan itulah yang sangat berpengaruh bagi dirinya hingga hari ini.
Yang selalu saya ingat dari pesan Ibu adalah kerja keras harus selalu diiringi dengan doa, Karena akan membuahkan hasil yang baik suatu saat nanti. Sikap tekun, pantang menyerah dan rajin berlatih adalah kuncinya.
“Sejak saya memenangkan kompetisi piala koni, Alhamdulillah keluarga terus mendukung dan tidak henti-hentinya memberikan motivasi dalam mengejar impian selagi masih dalam ranah yang positif,”pungkasnya.
(0) Komentar