Foto Dikki Yostiano bersama tim KKN saat menunjukkan produk (Humas)
Pemanfaatan sampah rumah tangga banyak digalakkan untuk mengurangi limbah. Mulai dari pengolahan kembali kreasi barang berguna dan ekonomis hingga layak jual. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya mengolah limbah menjadi bahan dasar pupuk ramah lingkungan melalui mesin pembakar. Mesin pembakar yang dibuat membutuhkan waktu pengerjaan selama dua bulan telah diuji cobakan di Kecamatan Bulak Banteng Surabaya.
Dikki Yostiano Ferhansyah salah satu anggota KKN di Kecamatan Bulak menjelaskan, alat yang dinamakan alat pembakar sampah rendah emisi ini dilatarbelakangi karena banyaknya sampah rumah tangga yang terus menumpuk. Apalagi masyarakat lebih memilih membakar ditempat terbuka yang menyebabkan gangguan – gangguan di sekitar lingkungan dibanding mengubur sampah.
“Di Kelurahan Bulak Banteng masih banyak sampah berserakan. Ini menjadi acuan kita untuk membuat inovasi teknologi tepat guna ini,” ujarnya dalam pameran inovasi KKN, Selasa (30/8/22).
Dikki menjelaskan cara kerja alatnya cukup mudah, sampah rumah tangga seperti kertas dan dedaunan kering dimasukkan drum lebih dahulu untuk dibakar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah akan disedot kipas blower yang ada didalam mesin. Selanjutnya asap akan naik dan di sprai menggunakan sprayer. Di tahapan ini asap akan menjadi cairan embun, cairan ini akan menjadi pupuk.
“Pupuk baik digunakan jika warna cairannya kuning atau hitam, tapi prosesnya pun lebih lama,” kata Dikky lagi.
Alat yang dibuat 19 mahasiswa KKN lintas fakultas ini menghabiskan dana sekitar Rp1 juta, dengan kapasitas 25 mililiter pupuk cair dan 20 kg sampah. Sementara komponen yang digunakan dalam membuat alat ini adalah drum, sprayer, selang, blower dan pompa air.
Dikki, menambahkan meski menggunakan segala jenis limbah sampah, namun masing – masing jenis sampah memiliki durasi yang berbeda. Seperti penggunaan sampah kering sekitar 2 jam. Sementara sampah plastik dan botol lebih lama sekitar 1 hari sampai jadi asap cair.
“Kelebihan alat ini ramah lingkungan, jika dibandingkan dengan pupuk yang dari pabrikan merusak tanah. Kelebihan lainnya lagi, abu hasil sampah bisa diolah kembali menjadi paving,”ujarnya.
Sementara itu, alat pembakaran sampah rendah emisi merupakan salah satu dari 45 Produk Inovasi untuk Desa Mengabdi dengan Inovasi melalui KKN UM Surabaya.
Rektor UM Surabaya Sukadiono menyatakan produk inovasi yang dipamerkan mahasiswa Um Surabaya akan dibantu dalam pemerolehan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
(0) Komentar