Jadi Pelukis Sukses di Australia, Ini Kisah Alumnus UM Surabaya yang Raih Penghargaan Bergengsi hingga Idap Colour Blindness

  • Beranda -
  • Berita -
  • Jadi Pelukis Sukses di Australia, Ini Kisah Alumnus UM Surabaya yang Raih Penghargaan Bergengsi hingga Idap Colour Blindness
Gambar Berita Jadi Pelukis Sukses di Australia, Ini Kisah Alumnus UM Surabaya yang Raih Penghargaan Bergengsi hingga Idap Colour Blindness
  • 04 Agu
  • 2022

Foto Warpan Djoyo (instagram)

Jadi Pelukis Sukses di Australia, Ini Kisah Alumnus UM Surabaya yang Raih Penghargaan Bergengsi hingga Idap Colour Blindness

Keterbatasan membuat orang kreatif. Keterbatasan membuat orang terpecut melakukan apapun yang dijalani dengan maksimal. Kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkan lika-liku perjalanan karir Warpan Djoyo, alumni Fakultas Ekonomi (FE) UM Surabaya tahun 2005 yang menjadi seniman pelukis (artist) asal Indonesia, yang berhasil melebarkan karir lukis profesionalnya di pasar Australia.

Berasal dari keluarga seniman, Warpan Djoyo telah menggeluti dunia seni lukis sejak masih duduk di bangku SD. Di usianya yang kurang lebih 11 tahun, ia telah memiliki karya lukisan sendiri dan memulai melukis di atas kanvas saat ia masuk SMA, dan lukisan-lukisan tersebut masih lengkap ia simpan di kota kelahirannya, Bojonegoro.

Terinspirasi oleh sang ayah yang merupakan seniman pengrajin kayu dan saudara kembarnya yang juga hobi melukis sedari kecil, seniman berusia 41 tahun ini mengaku baru menekuni profesi lukis profesional di tahun 2010 silam. Sedari SD hingga tamat SMA, seniman yang disapa Warpan ini cukup aktif melukis untuk menyalurkan hobi dan kreatifitasnya di atas kanvas.

Saat Ia memutuskan untuk pindah ke Surabaya demi melanjutkan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), ia sempat meninggalkan rutinitasnya berkreasi dengan oil dan kanvas.

“Dulu waktu kuliah di UM Surabaya saya kuliah sambil kerja. Kerja di pabrik kertas malam hari mulai pukul 11 malam  hingga  7 pagi dan pulang kerja langsung berangkat kuliah tiap hari selama 4 tahun,”kenang Warpan kepada redaktur UM Surabaya.

Rupanya, masuk fakultas ekonomi  membawanya bekerja di perusahaan Unilever selama 8 tahun. Selama itu pula, ia mengaku berhenti melukis lantaran kesibukan pekerjaan.

Namun, karena jiwa seni dan kecintaannya terhadap seni lukis tak dapat diabaikan, Warpan kemudian memutuskan untuk berhenti bekerja dan pindah ke Bali. Di Pulau Dewatalah, ia kembali melukis hingga memiliki gallery pribadi di Ubud. Keinginannya untuk tetap berkembang ke ranah internasional terus ia kejar hingga ke tanah Australia.

Memulai Karier Lewat Gumtree dan Ebay

Menurut Warpan, memulai karir lukisnya di Australia bukanlah hal yang mudah. Ia mengaku banyak belajar di 2 tahun pertama saat tinggal di Perth dulu, saat ia menjual karya lukisnya lewat situs Gumtree dan Ebay ia mulai mendapatkan hasil materi dari tiap lukisan yang terjual, namun anehnya, ia kerap merasa sedikit kehilangan ketika karyanya jatuh ke tangan pembeli.

Tak semulus jalan tol, rintangan-rintangan juga silih berganti datang menghampiri karir lukisnya. Sebelum terdaftar di National Registry of Australian Art and Artist (NRAAA) pada 3 tahun silam dan mengikuti 9 exhibitions di seluruh Australia, karya lukisnya dulu kerap kali di tolak untuk ikut pameran lukis. Tetapi penolakan tersebut tak menyurutkan usaha dan kerja kerasnya untuk tetap berkarya.

Warpan memiliki visi bahwa perjalanan seni tidak harus sendirian. Sangat penting bagi seniman untuk bekerjasama mempelajari praktik terbaik dan saling mendukung. Menurutnya butuh waktu 3 tahun untuk membentuk tim yang memiliki keyakinan yang sama dan juga bersemangat membantu artis lain.

“Kita semua bekerjasama, erat untuk mewujudkan ide ini. Syukur pada Juni 2021 Melbourne Artist secara resmi menjadi organisasi nirlaba di Australia,”imbuhnya.

Menurut penjelasannya Melbourne Artist adalah komunitas seni yang memiliki anggota asosiasi seniman yang baru muncul yang ingin berbagi dan bersemangat untuk tumbuh bersama, mendukung seniman yang diidentifikasi sebagai penduduk asli, beragam budaya dan bahasa.

Sebagai seniman impresionis, karyanya terinspirasi oleh pengalaman hidup sehari-hari dengan emosi, tanpa batas dalam subjek pilihan dan warna “menceritakan tanpa kata”. Warpan bekerja di sejumlah media termasuk lukisan cat minyak, lukisan akrilik, seni grafis dan seni visual. Ia telah memiliki sebelas pameran dan tujuh publikasi, majalah karyanya di masa lalu dan beberapa karyanya telah dikuratori oleh perancang busana global yang dijadikan sebagai produk fashion oleh beberapa brand dunia salah satunya oleh perusahaan fashion dari Amerika Serikat.

Idap Colour Blindness, Namun Tidak jadi Penghalang

Dibalik lukisannya yang indah dan bisa dinikmati ternyata sejak kecil Warpan memiliki kesulitan dalam membedakan warna-warna atau colour blindness. Hal tersebut harus membuatnya belajar lebih keras agar bisa memadukan warna pada lukisan-lukisannya. Seringklai ia mendapatkan kritik dari berbagai pihak karena lukisannya dianggap tidak berpadu.

Namun, sebagai pelukis Warpan memiliki prinsip bahwa seni itu selaras dengan intuisi. Segala warna yang ia tumpahkan dalam tulisannya adalah ekspresi yang datang dari perasaan. Menurutnya justru hal tersebut yang membuat lukisannya menjadi lebih hidup. Oleh karenanya, ia kerap kali melukis berdasarkan warna yang sesuai dengan suara hatinya.

Raih Penghargaan dari National Registry of Australian Art and Artist

Di balik kesuksesannya menjadi seorang pelukis ternyata Warpan seringkali mengikuti berbagai ajang pameran Melbourne seperti Moone Valley Art Show, Art in Tune and Music Brighton Tow Hall, Camberweell Swinburn University Art Show Knox Art Show Bayside, Whitehorse Art Show Boxhill, Bendigo Bank Melbourne, Spring Breeze, Carrigbush Hotel. Pada kesempatan pameran Melbourne Art Town ia mengikuti kompetisi melukis secara live di Chapel Street Melbourne.

Dalam kesempatan tersebut ia berhasil terpilih bersama 50 seniman Australia lainnya yang membawanya ke penghargaan sertifikasi dalam bentuk copy rights yang menjadikan lukisannya disematkan di berbagai produk industry kreatif seperti tas dan baju di berbagai belahan dunia.

Ia berpesan bahwa kerja keras adalah kunci untuk menggapai cita-cita. Di akhir paparannya Warpan juga mengungkapan bahwa dirinya ingin terus melukis sampai masa tuanya, menghabiskan waktu bermain dan bereksresi dengan warna sesuai dengan intuisi dan perasaanya.