Foto Waode Hamsia Dosen sekaligus Kepala Pusat Bahasa (Humas)
Setiap orang memiliki kisah kegagalan dan kesuksesannya sendiri, seperti kisah inspiratif dari Dosen Universitas Muhamamdiyah Surabaya (UM Surabaya) Waode Hamsia. Rupanya dibalik kesuksesannya hari ini hingga menjadi seorang akademisi, Waode pernah jatuh bangun dalam memulai karir. Waode mengaku bahwa ia berasal dari keluarga sederhana, ayahnya seorang pelaut dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa.
Waode mengaku saat kecil ia pernah tinggal di Flores Nusa Tenggara Timur dengan ayahnya asli keturunan Buton dan ibunya keturunan Jawa. Tak lama kemudian saat ia masuk sekolah Taman Kanak (TK) keluarganya memutuskan untuk mendapatkan pendidikan di Jawa. Sejak saat itulah ia merantau ke Surabaya bersama ibu dan saudaranya. Waode mengaku meski orang tuanya hanya seorang pelaut dan ibu rumah tangga biasa, orang tuanya sangat menyadari pentingnya pendidikan sejak saat ia masih kecil.
“Saya masih ingat ketika kecil, kami semua harus makan sederhana agar uangnya bisa ditabung untuk membayar keperluan sekolah,”kenang Waode Minggu (23/7/23)
Waode menyelesaikan SD hingga SMA di sekolah di Surabaya. Karena ia sebagai anak yang pandai dan selalu menjadi juara kelas ia memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan hingga ke Perguruan Tinggi. Namun keinginannya melanjutkan sekolah hingga Sarjana tidak semudah membalikkan tangan, menurut pengakuannya orang tuanya tidak bisa membiayai jika harus sampai perguruan tinggi, ia mengaku hampir mengubur mimpinya untuk terus bersekolah.
Bekerja di Garmen hingga jadi Admin
Saat lulus dari SMA Waode harus mengumpulkan uang agar ia bisa berkuliah. Usahanya dimulai saat ia bekerja di garmen dengan gaji pertamanya yakni seratus ribu. Karena dirasa aktivitas terlalu padat ia memasukkan puluhan lamaran. Setelah lamaran yang ke dua puluh ia baru mendapatkan panggilan.
“Saya masih ingat ketika saya memasukkan lamaran naik angkot satu ke angkot yang lain, akhirnya setelah lamaran ke dua puluh saya mendapatkan panggilan dan bekerja sebagai operator telfon, namun hal tersebut hanya berlangsung tujuh bulan lantaran jam kerja yang terlalu full time,”ujarnya.
Setelah itu Waode menikah dan memiliki anak, cita-citanya untuk terus bisa berkuliah ia gantung setinggi mungkin. Setelah memiliki anak, Waode tetap bekerja dengan memberikan les privat dari satu rumah ke rumah yang lain. Setelah uangnya terkumpul ia mendaftar kuliah di UM Surabaya jurusan Bahasa Inggris.
Ketertarikannya pada jurusan bahasa inggris memang sudah terbentuk sejak kecil. Karena ia sebagai anak yang pandai Waode mendapatkan beasiswa Prestasi Peningkatan Akademik (PPA) selama 4 semester atau 2 tahun. Meski demikian ia tidak bersantai, ia tetap bekerja dan memberi les privat setiap harinya. Saat lulus dari UM Surabaya Waode berhasil menjadi wisudawan terbaik dengan IPK cumlaude. Setelah lulus Waode menjadi guru di SD Muhammadiyah 13 dan SD Muhammadiyah 9 Kenjeran.
Tak berhenti sampai disitu saja, Waode melanjutkan sekolah lagi ke jenjang Pascasarjana di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan lulus pada tahun 2013. Setelah lulus kuliah Waode menjadi Dosen di UM Surabaya, dan menjadi Dosen tetap pada tahun yang sama.
Kemudian pada tahun 2017 ia berkesempatan mendapatakan tawaran kuliah Doktor di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) berkat beasiswa kerjasama. Di tengah kesibukannya menjadi seorang istri dan seorang ibu dengan dua anak, Waode berhasil menyelesaikan kuliahnya secara tepat waktu. Pada studi S3 Waode mengambil jurusan Teknologi Pendidikan.
Kini setelah menjadi dosen, tulisan dan gagasannya mudah ditemui pada media nasional. Beberapa karya ilmiah telah dipublikasikan. Banyak penelitian yang telah dilakukan dan didanai oleh Pemerintah.
Di akhir keterangannya, saat ditanya mengenai kunci kesuksesan Waode menyebut bahwa kesuksesan adalah milik mereka yang bekerja keras dan tidak patah semangat.
“Kalau kita punya keinginan kuncinya harus fokus, imbangi dengan usaha dan doa yang seimbang. Kalau gagal coba lagi, habiskan jatah gagal kita sampai kita berhasil,”pungkasnya.
(0) Komentar