Viral Kampung Miliarder di Tuban Kini Jatuh Miskin, Ini Kata Pakar Ekonomi UM Surabaya

  • Home -
  • Article -
  • Viral Kampung Miliarder di Tuban Kini Jatuh Miskin, Ini Kata Pakar Ekonomi UM Surabaya
Gambar Artikel Viral Kampung Miliarder di Tuban Kini Jatuh Miskin, Ini Kata Pakar Ekonomi UM Surabaya
  • 08 Jan
  • 2025

Tangkapan Layar Tik-Tok

Viral Kampung Miliarder di Tuban Kini Jatuh Miskin, Ini Kata Pakar Ekonomi UM Surabaya

Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur sempat viral karena warganya yang mendadak menjadi miliarder usai mendapatkan uang ganti rugi dari Pertamina yang membangun kilang minyak di tanah milik warga.


Tiga tahun usai viral, nasib Desa Sumurgeneng kini berubah drastis. Jika dahulu mereka menjadi miliarder, kini banyak warganya yang harus menjual ternak untuk bertahan hidup. Uang ganti rugi senilai miliaran yang mereka dapat ternyata sudah habis. Banyak warga terpaksa menjual ternak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 


Arin Setyowati Pakar Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) mengatakan, salah satu akar masalah adalah minimnya literasi keuangan di kalangan warga, dengan uang sebesar itu, sebagian besar warga lebih fokus pada gaya hidup konsumtif daripada memanfaatkan dana tersebut untuk investasi produktif.

Kata Arin, berdasarkan data dari survei di kawasan tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 70% uang kompensasi telah habis dalam waktu kurang dari dua tahun.

“Situasi tersebut diperparah dengan tantangan ekonomi yang lebih luas, seperti inflasi dan meningkatnya biaya hidup, yang semakin menyulitkan warga dalam menjaga stabilitas finansial,”ujar Arin Rabu (8/1/25)

Menurutnya, hal tersebut juga disebabkan oleh tanah yang telah dijual tidak digantikan dengan aset lain yang menghasilkan pendapatan berkelanjutan, seperti bisnis atau investasi properti. Padahal, tanpa aset penghasilan produktif, dana tersebut akan cepat habis.

Lebih lanjut, kata Arin tantangan lain juga kurangnya pendampingan dari pemerintah atau pihak yang terlibat dalam proses pembebasan lahan. Tidak ada program edukasi keuangan yang disediakan untuk membantu warga merencanakan penggunaan uang mereka secara bijak.

“Hal ini mengakibatkan sebagian besar dari mereka tidak memiliki pemahaman tentang pentingnya diversifikasi investasi atau pengelolaan keuangan untuk kebutuhan jangka panjang,”imbuhnya lagi.

Sebagai perbandingan, di daerah lain yang mengalami pembebasan lahan serupa, pendampingan seperti pelatihan kewirausahaan sering kali menjadi kunci keberhasilan masyarakat dalam memanfaatkan kekayaan mendadak mereka.

Artinya, Program pelatihan kewirausahaan, pengelolaan investasi, dan pengembangan aset produktif seharusnya menjadi bagian integral dari proses kompensasi tersebut.

“Sehingga masyarakat menjadi terdidik dan dapat beranjak dari jebakan kemiskinan di masa depan, menjadi peluang untuk menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan,”pungkasnya.