Gelar Doktor Bahlil Tuai Kontroversi, Begini Kata Pakar UM Surabaya

  • Home -
  • Article -
  • Gelar Doktor Bahlil Tuai Kontroversi, Begini Kata Pakar UM Surabaya
Gambar Artikel Gelar Doktor Bahlil Tuai Kontroversi, Begini Kata Pakar UM Surabaya
  • 21 Oct
  • 2024

Foto Instagram @Bahlillahadalia

Gelar Doktor Bahlil Tuai Kontroversi, Begini Kata Pakar UM Surabaya

Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, yang juga Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),   baru saja menyabet gelar doktor dari Universitas Indonesia (UI) dengan waktu yang relatif singkat selama 1 Tahun 8 Bulan.

Keberhasilan Bahlil dalam menyelesaikan pendidikan S3 ini mengundang berbagai pertanyaan dari publik, terutama mengenai isi disertasinya dan proses akademis yang dilaluinya.

Ramainya kasus tersebut ditanggapi Satria Unggul Wicaksana Pakar Hukum UM Surabaya, Satria memandang polemik gelar doktor Bahlil menunjukkan buruknya konflik kepentingan di ranah perguruan tinggi. 

“Dengan posisi Bahlil sebagai menteri, kata Satria, akan rawan terjadi gesekan relasi antara kekuasaan dengan pihak kampus,”ujar Satria Senin (21/10/24)

Menurut Satria, apalagi, secara ideal sulit diterima akal bahwa Bahlil dengan segala kesibukannya mampu membereskan studi doktoral kurang dari dua tahun. Polemik ini menurut Satria, bakal jadi catatan penting untuk kepatutan dan legitimasi akademik kampus.

“Seminimal-minimalnya 2,5 tahun dan ini pun sudah sangat outstanding study luar biasa. Apalagi di salah satu kampus terbaik di Indonesia,” imbuh Satria lagi. 

Satria khawatir, jika konflik kepentingan dibiarkan tumbuh subur di kampus, maka perguruan tinggi tidak lagi menciptakan intelektual dan ilmu pengetahuan, namun hanya memproduksi gelar. Terburuk, kampus akan kehilangan legitimasi intelektual publik dan tibalah Indonesia di masa matinya kepakaran.

“Upaya-upaya penundukan kampus melalui penguasaan uang dan modal mendelegitimasi upaya (produksi) ilmu pengetahuan yang kampus lakukan,” ucap Satria.

Maka, boleh jadi Bahlil Lahadalia mungkin merupakan salah satu sosok menteri yang cerdas di Indonesia. Seandainya ia tak mengakali gelar doktor dengan cara yang mengabaikan etik dan marwah akademik. Seandainya.