Fenomena Masyarakat Mengkonsumsi Ulat Jati, Berbahayakah untuk Kesehatan? Ini Kata Pakar UM Surabaya

  • Home -
  • Article -
  • Fenomena Masyarakat Mengkonsumsi Ulat Jati, Berbahayakah untuk Kesehatan? Ini Kata Pakar UM Surabaya
Gambar Artikel Fenomena Masyarakat Mengkonsumsi Ulat Jati, Berbahayakah untuk Kesehatan? Ini Kata Pakar UM Surabaya
  • 23 Nov
  • 2024

Ilustrasi ulat jati (istimewa)

Fenomena Masyarakat Mengkonsumsi Ulat Jati, Berbahayakah untuk Kesehatan? Ini Kata Pakar UM Surabaya

Sedang marak video yang menunjukkan ulat jati memenuhi jalanan maupun rumah-rumah warga di sekitaran hutan jati, bahkan banyak dari warga yang mengolah menjadi lauk yang siap dimakan. Lantas apakah berbahaya mengkonsumi ulat jati? Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Nur Hidayatullah Romadhon memberikan tanggapannya.


Dayat menjelaskan,  ulat jati memiliki manfaat dan tantangan yang perlu dipertimbangkan. Dari sisi positif, ulat ini kaya akan protein, menjadikannya sumber gizi yang potensial bagi masyarakat. Selain itu, melimpahnya ulat dapat dimanfaatkan sebagai produk pangan alternatif yang bernilai ekonomi tinggi, menciptakan peluang usaha baru.


“Secara ekologis, memanfaatkannya sebagai pangan juga dapat membantu mengontrol populasi ulat secara alami,”kata Dayat Sabtu (23/11/24)


Namun, kata Dayat konsumsi ulat juga memiliki dampak negatif. Beberapa individu mungkin mengalami alergi setelah mengonsumsinya. Selain itu, ulat tertentu berpotensi mengandung senyawa toksin yang berbahaya jika tidak diolah dengan benar. 


Dari sudut pandang ekologi, eksploitasi berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, seperti mengurangi jumlah predator alami atau mengancam keberlanjutan pohon jati akibat gangguan siklus alami. Oleh karena itu, pemanfaatan ulat harus dilakukan dengan bijak.


“Dalam kasus  meningkatnya populasi ulat jati pasca musim hujan perlu dikelola dengan pendekatan yang seimbang,”tegasnya lagi. 


Di satu sisi, lonjakan populasi ulat dapat menjadi ancaman bagi ekosistem, seperti pohon jati yang terganggu produktivitasnya. Namun, ulat jati juga menawarkan potensi sebagai sumber pangan alternatif yang bernutrisi tinggi. Melalui edukasi pengolahan yang tepat dan pengendalian populasi berbasis ekologi, fenomena ini dapat diubah menjadi peluang yang bermanfaat, baik bagi lingkungan maupun masyarakat. 


“Pendekatan ini memastikan keberlanjutan dan manfaat jangka panjang bagi semua pihak,”pungkasnya.