Shutterstock
Penyakit flu yang disebabkan oleh virus influenza, dapat terjadi sepanjang tahun, tetapi dalam beberapa wilayah, kejadian flu bisa lebih umum terjadi selama musim-musim tertentu, seperti musim hujan dan musim dingin. Sebab kondisi tersebut lebih memungkinkan virus untuk berkembang biak dan menyebar lebih mudah.
Virus influenza memiliki kemampuan untuk bertahan lebih lama di udara yang dingin dan kering. Apalagi di musim hujan biasanya orang cenderung lebih banyak berada di dalam ruangan, hal ini semakin meningkatkan risiko penularan virus di antara individu yang berdekatan.
Saat ini Indonesia memasuki musim pancaroba. Pancaroba adalah periode perubahan musim antara musim hujan dan musim kemarau. Masa transisi ini dapat menyebabkan perubahan suhu, kelembaban, dan kondisi cuaca secara umum. Perubahan ini dapat memengaruhi kondisi lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup virus influenza.
“Itulah kenapa pada musim pancaroba, risiko penyakit flu dan penyakit pernapasan lainnya meningkat,”ujar Firman Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya.
Menurutnya, bersamaan dengan perubahan cuaca yang tidak menentu, fluktuasi suhu dan kelembaban dapat memberikan tekanan ekstra pada sistem kekebalan tubuh. Sehingga ketika kekebalan tubuh menurun membuat individu rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi influenza.
Firman menjelaskan, virus influenza merupakan penyebab penyakit flu yang tergolong ke dalam famili Orthomyxoviridae. Ada empat jenis utama virus influenza yang dapat menginfeksi manusia, yaitu tipe A, tipe B, tipe C dan tpe D. Masing-masing memiliki struktur genetik dan karakteristik biologis yang berbeda.
Virus influenza tipe A memiliki variasi genetik yang luas, dan dapat menyebabkan wabah dan pandemi. Virus influenza tipe A banyak ditemukan pada spesies hewan, terutama burung dan babi. Virus influenza tipe A, mampu menginfeksi manusia dan meneruskan penularan dari manusia ke manusia lain dan seterusnya, hingga menyebabkan pandemi.
WHO mencatat jenis virus ini pernah menjadi pandemi Influenza A(H1N1) di tahun 1918, yang menginfeksi sepertiga dari penduduk bumi, dan menyebabkan kematian antara 20 hingga 40 juta jiwa sebelum melandai di tahun 1920. Dan sekitar 3 juta orang meninggal karena wabah influenza di tahun 1957.
Ia menjelaskan, virus influenza selalu bermutasi sehingga adaptasi pola pencegahan dan penanganan harus dilakukan. Banyak nyawa melayang karena penyakit yang sama pada tahun 1968. A(H5N1) atau yang disebut Avian Influenza, banyak dilakukan penelitian bagaimana virus baru dapat menular dari hewan ke manusia.
Pada tahun 2009 kembali terjadi pandemi A(H1N1) menyebar ke lebih dari 214 negara dan wilayah. Total infeksi yang terjadi karena penyakit ini mencapai 1,4 miliar orang, dan mengakibatkan puluhan juta kasus kematian dan diperkirakan 151.700 hingga 575.400 jiwa hanya dalam satu tahun pertama.
Perlu diingat bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus influenza akan mengalami semua gejala flu, sebab tingkat keparahan gejala dapat bervariasi. Beberapa individu, terutama yang memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi, seperti anak-anak kecil, orang tua, atau individu dengan penyakit kronis, dapat mengalami komplikasi serius akibat infeksi influenza.
Upaya pencegahan adalah kunci yang sangat penting dilakukan. Pertama, mencuci tangan secara teratur terutama setelah habis bepergian dari luar rumah, gunakan sabun dan air mengalir efektif dapat membantu menghilangkan virus atau kuman yang mungkin nempel di tangan. Kedua menjaga kebersihan lingkungan dan konsumsi makanan yang bergizi untuk menjaga kekebelan tubuh. Ketiga, hindari berkunjung ke lokasi ternak babi, dan menghindari kontak dengan hewan yang sedang sakit atau mati, termasuk burung liar.
“Dan terakhir jika anda mengalami gejala yang mencurigakan dan mengarah ke infeksi influenza, sebaiknya hindari kontak secara langsung dengan orang lain, gunakan masker dan datang berobat ke layanan kesehatan, baik klinik, puskesmas maupun rumah sakit,”pungkas Firman.
(0) Comments