Ilustrasi gambar (Shutterstock)
Di tengah kelangkaan minyak goreng yang terjadi hari ini, masyarakat harus tetap memperhatikan penggunaan minyak goreng secara berulang merupakan salah satu kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Vella Rohmayani Peneliti sekaligus dosen Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menjelaskan penggunaan minyak goreng sebaiknya hanya digunakan dua kali, jika dipakai berulang bukan hanya akan mengubah rasa makanan tetapi juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
“Berdasarkan hasil penelitian kadar asam lemak yang terkandung dalam minyak goreng yang sudah dipakai lebih dari 2 kali melebihi taman batas normal yaitu sebesar 0,30%,”papar Vella Rabu (23/2/22)
Vella menyatakan minyak goreng yang dipakai berkali-kali juga dapat mempengaruhi kualitas dan nilai gizi pada makanan dan dapat menyebabkan terjadinya oksidasi. Reaksi oksidasi yang terjadi pada minyak goreng dapat membuat warna makanan kurang menarik, berbau tengik, rasanya tidak enak, serta dapat menyebabkan terjadinya kerusakan beberapa vitamin dan asam lemak esensial yang terkadung di dalam minyak.
“Selain itu reaksi oksidasi, juga dapat memicu terbentuknya radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan tubuh ketika kita mengkonsumsi makanan yang diolah menggunakan minyak goreng bekas,”imbuhnya lagi.
Lebih lanjut lagi, ia menambahkan ancaman resiko kolestrol pada minyak yang digunakan berulang juga sangat tinggi, ditambah kandungan asam lemak trans dalam minyak yang biasa ditandai dengan perubahan warna minyak menjadi cenderung menghitam.
“Semakin warnanya pekat dan menghitam, maka semakin tinggi kandungan asam lemak transnya. Lebih baik gunakan hanya satu kali, jangan berulang-ulang, apalagi sampai warnanya menghitam,”tegas Vella.
Di akhir keterangannya ia mengingatkan masyarakat untuk lebih mewaspadai bahaya penggunaan minyak goreng secara berkali-kali karena memungkinkan menjadi lahan tumbuhnya bakteri, virus maupun penyakit berbahaya seperti kanker, tumor dan penyakit degeneratif lainnya.
(0) Comments