Freepik
Setelah berakhirnya liburan panjang Idul Fitri di Indonesia, banyak orang mengalami apa yang disebut sebagai "post holiday blues". Istilah ini merujuk pada perasaan sedih, cemas, atau kelelahan yang dialami seseorang setelah kembali ke rutinitas normal setelah periode liburan yang menyenangkan.
Uswatun Hasanah Dosen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya mengatakan, penyebab dari post holiday blues pasca libur panjang Idul Fitri dapat bervariasi. Salah satunya adalah perpisahan dengan keluarga dan teman-teman yang tercinta setelah momen kebersamaan yang menyenangkan selama liburan. Selain itu, kembalinya ke rutinitas harian yang monoton juga dapat menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan semangat. Ketidaknyamanan dalam menyesuaikan diri kembali dengan jadwal kerja atau aktivitas sehari-hari juga bisa menjadi faktor penyebab lainnya.
Tanda dan gejala dari post holiday blues dapat berbeda-beda bagi setiap individu, namun beberapa ciri umum yang sering muncul meliputi perasaan sedih atau muram, kurangnya motivasi atau semangat, kesulitan berkonsentrasi, dan perubahan dalam pola tidur atau nafsu makan.
“Beberapa orang juga dapat mengalami gejala fisik seperti kelelahan atau sakit kepala akibat stres yang dialami,”ujar Uswatun Kamis (18/4/24)
Untuk mengatasi masalah post holiday blues pasca libur panjang Idul Fitri, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan menurut Uswatun.
Pertama dalam mengatasi post holiday blues adalah dengan menerima perasaan yang dialami secara terbuka. Sadari bahwa perasaan sedih atau cemas setelah liburan adalah normal dan dapat dialami oleh siapa pun.
Kedua, tetap aktif dan mulai menyusun jadwal kegiatan yang produktif : Mulailah kembali rutinitas harian dengan menyusun kegiatan yang membuat diri semakin produktif namun tetap bermanfaat dan menyenangkan baik dalam lingkungan kerja maupun di luar kantor.
“Aktivitas fisik seperti olahraga ringan atau jalan-jalan dapat menjadi alternatif yang efektif membantu mengalihkan perasaan sedih dan meningkatkan mood,”imbuh Uswatun lagi.
Ketiga, lakukan reminiscence. Reminisens adalah salah satu bentuk psikoterapi dimana individu mengingat momen bahagia atau menyenangkan yang pernah dilalui sebelumnya. Mengingat kembali momen indah yang membahagiakan selama liburan dapat mengurangi stress. Reminisens bisa dilakukan sendiri atau berkelompok dengan anggota keluarga maupun peer group.
“Sharing cerita-cerita menarik dan pengalaman positif yang dilalui selama liburan dengan orang-orang terdekat dapat membantu memperpanjang kebahagiaan tersebut dan mengurangi perasaan sedih,”katanya.
Keempat, tetap terhubung. Artinya tetap terhubung dengan teman atau keluarga yang berada jauh dari kita dapat mengurangi rasa sedih, dan perasaan dekat satu sama lain akan terbentuk, meski jarak memisahkan. Jangan ragu untuk menghubungi mereka, karena menjaga hubungan sosial dapat memberikan dukungan emosional.
Kelima, atur rencana masa depan. Tetapkan rencana untuk liburan berikutnya atau jadwalkan aktivitas menyenangkan lainnya dengan baik, buat diri menantikan moment liburan yang telah direncanakan. Memiliki sesuatu yang ditunggu-tunggu dapat membantu meningkatkan suasana hati dan motivasi.
Keenam, fokus pada diri sendiri. Luangkan waktu untuk merawat diri sendiri dengan melakukan aktivitas yang menenangkan seperti meditasi, yoga, atau membaca buku. Merawat diri sendiri secara fisik dan emosional dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Uswatun menegaskan, penting untuk ditanamkan pada diri bahwa hal ini merupakan gejala sementara dan perasaan ini akan hilang dengan sendirinya seiring waktu berlalu, dan saat ini banyak individu lain juga menghadapinya.
“Jika merasa kesulitan mengatasi perasaan sedih atau gejalanya menetap lebih dari 2 minggu atau bahkan 1 bulan, disarankan agar segera mencari bantuan dari profesional kesehatan mental,”pungkas Uswatun.
(0) Comments