Ilustrasi gambar (pixabay)
Media sosial dihebohkan dengan fenomena jasa sewa pacar dengan penawaran tarif yang beragam mulai dari 100 ribu hingga Rp 1,5 jutaan per jam. Sewa pacar yang awal mulanya ramai di platform Tiktok dan menjadi tranding di Twitter tersebut banyak yang mengklaim sudah ada yang memberikan testimoni usai menggunakan jasa sewa tersebut.
Bahkan ada pula penyedia jasa yang sudah memberikan fasilitas katalog lewat website. Pada website tersebut pacar sewaan bisa diajak kencan, menemani belanja, berburu makanan hingga menemani untuk mengunjungi pesta pernikahan. Sementara, jasa yang diberikan dapat berupa foto bersama, pegangan tangan, merangkul pundak, hingga berkencan bersama.
Ramainya kasus tersebut ditanggapi Radius Setiyawan Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Radius menyebut faktor yang membuat seseorang menyewa jasa pacar adalah tuntutan sosial yang tinggi sekaligus persoalan seksualitas.
Menurut Radius, fenomena sewa pacar di media sosial merupakan bagian dari perkembangan zaman yang berdampak pada mudahnya alat komunikasi sehingga seseorang dengan mudah berinteraksi.
“Saya memprediksi kedepan fenomena ini bakal lebih ekstrem, interaksinya sangat mungkin tidak hanya bertemu di dunia nyata. Seseorang akan sangat mungkin melakukan hubungan seksual di dunia cyber untuk memuaskan hasratnya,”kata Radius Kamis (3/11/22)
Ia menyebut seiring perkembangan dan meluasnya penggunaan internet memunculkan revolusi seksual yang memungkinkan seseorang melakukan eksplorasi seksual yang melampaui batas-batas budaya, gender, usia, agama, bangsa, bahkan bentuk fisik.
“Ekspresi diri ini dapat disalurkan melalui, sosial media, aplikasi digital, webcam interaktif, teknologi sentuhan(sense of touch hingga aplikasi jasa sewa pacar,”imbuhnya.
Ia menyebut anonimitas ruang siber, membuat seseorang dapat mengekspresikan dengan atau tanpa identitas asli mereka sekaligus dapat dijadikan ruang mengusir kebosanan.
Radius menjelaskan kecepatan teknologi hari ini harus dibarengi dengan kemampuan membangun justifikasi yang otoritatif atas perilaku seks di dunia cyber.
“Tujuannya adalah agar agama dan budaya tidak mengalami kegagapan menghadapi masa depan (shock future) yang terus memunculkan praktik-praktik baru,”kata Radius lagi.
Ia juga menghimbau untuk berhati-hati, pasalnya dengan mengakses website seperti jasa sewa pacar, jasa sewa kencan memungkinkan para hacker untuk mengambil data pengguna dan menggunakannya secara tidak bertanggung jawab.
Tidak hanya itu, beberapa ancaman kejahatan juga bisa terjadi seperti penguntit, spamming email, palacakan data pekerjaan hingga meretas alamat IP.
Di akhir keterangannya, Radius menyebut ramainya fenomena jasa sewa pacar menjadi sebuah tantangan baru bagi negara, agama dan tatanan sosial masyarakat.
“Semoga kondisi ini mendapatkan perhatian, karena jika tidak kondisinya akan lebih ekstrem dan menjadi petaka di masa depan,”pungkas Dia.
(0) Komentar