Viral Gus Miftah Sebut Penjual Es Goblok, Dosen UM Surabaya Ingatakan Soal Adab Publik Figur

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Viral Gus Miftah Sebut Penjual Es Goblok, Dosen UM Surabaya Ingatakan Soal Adab Publik Figur
Gambar Artikel Viral Gus Miftah Sebut Penjual Es Goblok, Dosen UM Surabaya Ingatakan Soal Adab Publik Figur
  • 03 Des
  • 2024

Istimewa

Viral Gus Miftah Sebut Penjual Es Goblok, Dosen UM Surabaya Ingatakan Soal Adab Publik Figur

Netizen ramai-ramai mengkritik keras pernyataan Utusan Khusus Presiden Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah setelah video interaksinya dengan seorang penjual es teh viral di media sosial. Dalam video tersebut , Gus Miftah disebut mengerjai (prank) penjual minuman yang menjajakan dagangannya di acara tersebut. Hal ini terjadi dalam momen acara Magelang Bersholawat beberapa hari lalu.


M.Febriyanto Firman Wijaya Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menyayangkan hal tersebut, pasalnya sebagai tokoh agama yang memiliki banyak pengikut, seharusnya beliau menjadi contoh yang baik dalam bertutur kata.


“Sebagai seorang guru atau kyai, beliau memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga ucapan dan tindakannya. Umat Islam umumnya memandang para ulama sebagai teladan. Oleh karena itu, ketika seorang ulama melakukan kesalahan, dampaknya akan sangat luas,”ujar Riyan Selasa (3/12/24)


Lantas bagaimana kita harus menyikapi hal ini? Dalam perspektif adab, seorang guru, kyai, atau tokoh agama seharusnya memiliki adab yang tinggi, baik dalam ucapan maupun tindakan.
Pertama, sebagai seorang yang dituntut untuk selalu menjaga lisan, seharusnya kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata yang baik, santun, dan menyejukkan. Apalagi dalam konteks ini bapak ini sedang mencari nafkah melakukan pekerjaan yang mulia. 


Kedua, setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Oleh karena itu, seorang guru, kyai, atau tokoh agama seharusnya menghormati semua orang tanpa terkecuali, termasuk penjual es teh. 


Ketiga, seorang guru, kyai, atau tokoh agama seharusnya menjadi teladan bagi umat. Tindakannya harus sesuai dengan ajaran agama yang ia sampaikan. 


“Meskipun seseorang memiliki ilmu agama yang luas, seorang guru, kyai, atau tokoh agama seharusnya tetap rendah hati dan tidak merasa lebih tinggi dari orang lain,”tegasnya. 


Kata Riyan setiap individu memiliki hak untuk berpendapat. Namun, kita harus menyampaikan pendapat kita dengan cara yang santun dan tidak menyinggung perasaan orang lain.