Tips Cegah Obesitas Pasca Lebaran dari Dosen UM Surabaya

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Tips Cegah Obesitas Pasca Lebaran dari Dosen UM Surabaya
Gambar Artikel Tips Cegah Obesitas Pasca Lebaran dari Dosen UM Surabaya
  • 26 Apr
  • 2023

Ilustrasi gambar (freepik)

Tips Cegah Obesitas Pasca Lebaran dari Dosen UM Surabaya

Setelah berpuasa selama satu bulan di bulan Ramadhan, kini masyarakat kembali makan dan minum di siang hari. Tidak jarang saat lebaran dan setelah lebaran menjadi ajang balas dendam oleh kebanyakan orang. Masakan yang sudah pasti enak seringkali membuat seseorang ingin menambah porsi makan lebih dari hari biasanya.

Namun justru kadangkala kita lupa, hidup sehat yang sudah dibentuk selama satu bulan di bulan Ramadhan, seketika berubah menjadi kurang sehat. Pola makan yang mulanya teratur dan disiplin, memberikan kesempatan pada pencernaan organ tubuh lainnya untuk istirahat beberapa saat, namun setelah lebaran berubah menjadi tidak teratur dan tidak disiplin. Akibatnya ketika pola makan tidak teratur, dan porsi makan terus bertambah, maka bisa menyebabkan obesitas.

Firman, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menyebut, obesitas atau kelebihan berat badan terjadi akibat dari penimbunan lemak yang berlebihan dalam tubuh. Firman menjelaskan, penimbunan lemak ini terjadi ketika asupan makanan yang dikonsumsi lebih besar dari energi tubuh yang digunakan untuk aktivitas.

Mengutip data Global Report, 2023, bahwa obesitas merupakan masalah global yang berdampak luas dan mengancam kesehatan 2 milyar masyarakat penduduk dunia. Prevalensi obesitas global lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki, diperkirakan pada tahun 2030 sekitar 1 dari 5 wanita dan 1 dari 7 pria akan hidup dengan obesitas di seluruh dunia.

Menurutnya, kasus obesitas tidak bisa dianggap enteng, banyak hasil penelitian mengatakan obesitas menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, serangan jantung, gagal ginjal, kanker, hipertensi dan penyakit lainnya serta berkontribusi pada penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak (5,87% dari total kematian), penyakit diabetes dan ginjal (1,84% dari total kematian).

“Selain memberikan dampak peningkatan penyakit tidak menular, obesitas juga berdampak pada kerugian ekonomi yang dipicu oleh biaya perawatan akibat timbulnya penyakit komorbiditas yang memang memerlukan biaya tidak sedikit. Untuk itu obesitas saat ini telah digolongkan sebagai penyakit yang perlu mendapat intervensi secara serius dan komprehensif,”imbuh Firman lagi.

Dalam keterangannya, Firman membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah obesitas terutama pasca lebaran yaitu; pertama memenuhi asupan protein harian, hal ini dapat meningkatkan metabolisme tubuh 80 hingg 100 kalori per hari. Mencukupi asupan protein dalam tubuh dapat membuat tubuh merasa kenyang lebih lama, sehingga keinginan untuk nyemil bisa terkendali.

Kedua, melakukan aktivitas fisik seperti, lari-lari kecil, maupun senam untuk meregangkan otot, dan aktivitas fisik lainnya sesuai kemampuan masing-masing orang, dilakukan selama 30 menit setiap hari, atau minimal 3 hingga 5 hari per minggu.

“Dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin dan teratur dapat membakar lemak dan kalori dalam tubuh, sehingga dapat mencegah penimbunan lemak dalam tubuh,”katanya.

Ketiga, hindari konsumsi makanan atau minuman yang mengandung tinggi gula, karena dapat memicu sejumlah penyakit berbahaya, seperti kencing manis atau diabetes, penyakit jantung, gagal ginjal, maupun kanker. Selain itu seseorang juga perlu menghindari minuman bersoda, jus buah kemasan dan minuman beralkohol.

Keempat, diet rendah karbohidrat sangat efektif untuk mencegah kenaikan berat badan, dan bahkan tips ini bisa digunakan untuk diet menurunkan berat badan.

Terakhir adalah rutin mengukur berat badan, lingkar perut, dan glukosa darah.Cara menghitung berat badan ideal dengan rumus yaiu, (BB/TB2) atau tinggi badan (TB) dalam meter dikalikan tinggi badan (TB) dalam meter. Kemudian berat badan (BB) dibagi dengan hasil perkalian tinggi badan (TB) tadi.

“Sehingga dari perhitungan tersebut kita dapat mengetahui berat badan ideal tubuh kita apakah masuk kategori normal atau obesitas,”pungkas Firman.