Soal Wabah Cacar Monyet, Pakar Kesehatan UM Surabaya: Cegah dengan Cara Ini

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Soal Wabah Cacar Monyet, Pakar Kesehatan UM Surabaya: Cegah dengan Cara Ini
Gambar Artikel Soal Wabah Cacar Monyet, Pakar Kesehatan UM Surabaya: Cegah dengan Cara Ini
  • 26 Mei
  • 2022

Ilustrasi Virus Cacar Monyet. Foto: Ist/Net

Soal Wabah Cacar Monyet, Pakar Kesehatan UM Surabaya: Cegah dengan Cara Ini

Monkey pox atau cacar monyet akhir-akhir ini menjadi perbincangan dunia. Pasalnya penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis) tersebut menyerang di beberapa negara Eropa dan Amerika sehingga negara lain juga harus lebih waspada terkait penularannya termasuk Indonesia.

Virus monkeypox merupakan anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae. Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan 'monkeypox'.  Di Afrika, infeksi monkeypox telah ditemukan pada banyak spesies hewan, diantaranya monyet, tikus dan tupai.

Yuli Wahyu Rahmawati Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya yang juga spesialis dermatovenereologist menjelaskan virus cacar monyet dapat ditularkan ke manusia ketika ada kontak langsung dengan hewan terinfeksi gigitan atau cakaran, pasien terkonfirmasi monkeypox, atau bahan yang terkontaminasi virus termasuk pengolahan daging binatang liar.

“Masuknya virus adalah melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan, atau selaput lendir mata, hidung, atau mulut. Penularan antar manusia melalui kontak dengan sekresi pernapasan, lesi kulit dari orang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi,”jelas Yuli, Kamis (26/5/22)

Menurutnya tenaga kesehatan, orang yang tinggal serumah dan kontak erat lain merupakan orang yang berisiko tinggi. Penularan juga terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin atau kontak selama persalinan. Penularan seksual masih belum jelas sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan.

“Masa inkubasi interval dari infeksi sampai timbulnya gejala monkeypox biasanya 6 – 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 – 21 hari. Gejala yang timbul diawali dengan demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas,”katanya lagi.

Yuli menjelaskan limfadenopati dapat dirasakan di leher, ketiak atau selangkangan. Dalam 1-3 hari setelah gejala awal atau fase prodromal, akan memasuki fase erupsi berupa munculnya ruam atau lesi pada kulit, biasanya dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap. Ruam atau lesi pada kulit ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok.

Monkeypox merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21 hari. Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi. Kasus kematian bervariasi tetapi kurang dari 10% kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox.

Sampai saat ini belum ada pengobatan yang spesifik untuk monkey pox. Pengobatan lebih bersifat simptomatis dan suportif, namun monkey pox dapat dicegah salah satunya dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol.

“Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik serta menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, termasuk tempat tidur atau pakaian yang sudah dipakai penderita,”terang Yuli dalam keterangan tertulis.

Hal lain yang harus dilakukan sebagai upaya pencegahan adalah menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).

Sementara pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit monkeypox agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.

“Terakhir untuk petugas kesehatan agar menggunakan sarung tangan, masker dan baju pelindung saat menangani pasien atau binatang yang sakit,”pungkasnya.