Sering Konsumsi Belut, Dosen UM Surabaya; Ini Efeknya bagi Kesehatan

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Sering Konsumsi Belut, Dosen UM Surabaya; Ini Efeknya bagi Kesehatan
Gambar Artikel Sering Konsumsi Belut, Dosen UM Surabaya; Ini Efeknya bagi Kesehatan
  • 27 Okt
  • 2024

Pixabay

Sering Konsumsi Belut, Dosen UM Surabaya; Ini Efeknya bagi Kesehatan

Belut ( Monopterus) termasuk dalam spesies ikan yang berbentuk panjang yang menterupai Ular. Belut hidup dilingkungan perairan tawar, seperti sawah, rawa dan Sungai. Hewan ini termasuk dalam kategori hewan yang mempunyai kandungan protein yang sangat tinggi dan mengandung banyak nutrisi lainnya seperti asam lemak omega-3,vitamin A dan beragam kandungan mineral yang penting yakni zat besi dan kalsium.


Nur Hidayatullah Romadhon Dosen Pendidikan Biologi UMSurabaya mengatakan, meskipun belut dikenal sebagai makanan yang sehat, mengonsumsinya setiap hari dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang perlu diperhatikan, terutama dari segi kesehatan dan lingkungan 


Lantas apa saja dampak negatif mengkomsumsi belut bagi  kesehatan?


“Belut dikenal sebagai sumber protein yang baik dan kaya akan nutrisi, namun konsumsi belut secara berlebihan, terutama setiap hari, dapat menimbulkan beberapa risiko kesehatan, salah satu risiko utama adalah tingginya kandungan kolesterol dalam daging belut,”ujar Dayat Minggu (27/10/24)


Ia menjelaskan, berdasarkan penelitian, dalam 100 gram daging belut terdapat sekitar 185 mg kolesterol. Bagi individu yang memiliki risiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular, asupan kolesterol yang terlalu banyak dapat memicu peningkatan kadar kolesterol darah, yang berujung pada risiko penyakit jantung koroner, stroke, dan masalah lain yang berhubungan dengan kesehatan jantung. 


“Dari sudut pandang biologis, penumpukan kolesterol di arteri dapat menyumbat aliran darah, sehingga mengganggu fungsi organ-organ vital tubuh,”imbuhny lagi. 


Menurutnya, belut adalah hewan yang hidup di lingkungan berlumpur yang rentan tercemar oleh logam berat seperti merkuri dan timbal, serta bahan kimia lain dari limbah industri. Fenomena bioakumulasi, di mana organisme menyerap racun dari lingkungannya lebih cepat daripada kemampuan tubuhnya untuk mengeluarkannya, sangat mungkin terjadi pada belut.


“ Jika seseorang mengonsumsi belut yang terkontaminasi oleh logam berat dalam jangka waktu panjang, ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius, termasuk kerusakan ginjal, gangguan sistem saraf, dan masalah perkembangan janin pada ibu hamil,”tegasnya. 


Selain risiko-risiko tersebut, konsumsi belut secara terus-menerus juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh. Meskipun belut merupakan sumber protein yang baik, diet yang sehat memerlukan variasi makanan yang seimbang. Konsumsi belut setiap hari dapat menyebabkan asupan protein dan lemak tertentu berlebihan, sementara nutrisi penting lainnya seperti serat, yang banyak ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan, menjadi kurang terpenuhi. 


“Ketidakseimbangan ini, dalam jangka panjang, dapat memicu gangguan pencernaan, obesitas, serta kekurangan mikronutrien yang penting bagi tubuh. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam pola makan agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai risiko penyakit,”pungkasnya.