Tangkapan Layar Tik-Tok
Aksi pembelaan Miftah Maulana yang mengatasnamakan aliansi santri jalanan di titik nol kilometer Kota Jogja menuai banyak komentar dari beragam kalangan, salah satunya akademisi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Sri Lestari.
Para aliansi santri tersebut, menolak pengunduran diri Miftah sebagai utusan khusus presiden dengan alasan pengunduran diri Miftah terlalu berlebihan karena ungkapannya yang sempat viral dan dinilai mencemooh penjual es sudah biasa dilakukan saat Ia berdakwah.
“Menganggap hinaan sebagai jalan dakwah seorang pemuka agama merupakan logika yang kurang tepat,”ujar Tari Rabu (11/12/24)
Kata Tari yang juga aktivis perempuan, terminologi dakwah sendiri berarti mengajak, mendidik, dan menyejukkan. Apa yang dilakukan Miftah justru lebih bukan mendidik, namun lebih cocok disebut sebagai tindakan mengejek dan memojokkan.
“Menganggap lumrah cara dakwah Miftah sama halnya melakukan pembiaran terhadap perundungan di muka umum. Terlebih pada potongan video juga mencerminkan bagaimana Miftah mengobjektifikasi perempuan,”imbuh Tari lagi.
Menurutnya, kita perlu melihat apakah aksi tersebut memang berasal dari inisiatif massa atau justru sebagai bagian dari skenario pihak tertentu.
Tuntutan yang dilayangkan sepertinya agak janggal jika hanya berkaitan dengan kemunduran Miftah saja.
“Seolah-olah, masyarakat yang menuntut menganggap bahwa hanya Miftah sajalah yang kompeten menjabat diposisi Utusan Khusus Presiden Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan,”pungkasnya.
(0) Komentar