Shutterstock
Beberapa hari terakhir media sosial dihebohkan dengan kasus prostitusi yang terjadi di Surabaya yakni dengan tertangkapnya mucikari yang memperkerjakan anak di bawah umur. Anak-anak di bawah umur tersebut di iming-imingi akan diberikan uang dan bekerja di sebuah cafe. Rayuan ini membuat mereka percaya sehingga mereka terjebak di lingkaran tersebut. Tren prostitusi anak di bawah umur saat ini menjadi keprihatinan berbagai pihak, pemerintah, lembaga pendidikan dan masyarakat.
Ramainya kasus tersebut ditanggapi Dosen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Gusmaniarti.
Menurutnya, faktor secara umum keterlibatan anak di bawah umur dalam kegiatan prostitusi di pengaruhi oleh tekanan ekonomi dan pengakuan yang kurang baik dalam keluarga.
Menurutnya, banyak generasi muda saat ini senang sekali berkelompok dalam kehidupan. Mereka membuat “geng” yang solid dan kompak dengan moto “1 sakit, sakit semua”. “satu senang, senang semua“. Moto ini menjadi kekuatan yang berisiko besar apabila di gunakan pada aktifitas yang kurang baik. Mereka yang memiliki “geng” yang solid biasanya terhindar dari bullying teman- temannya.
“Sehingga solidaritas dan kekompakan yang dibangun membuat mereka tidak mampu menolak ajakan teman yang sudah bergabung terlebih dahulu dalam lingkaran prostitusi. Lifstyle konsumtif dalam kehidupan kelompok bisa juga menjadi faktor tambahan terjadinya prostitusi tersebut,”ujar Gusma Senin (20/5/24)
Dalam keterangannya Gusma memberikan tips untuk orang tua agar anak-anaknya terhindar dari prostitusi di bawah umur.
“Pertama dengarkan dan hargai. Lihatlah mereka dengan kacamata perkembangan umur dan kebutuhannya dengan memperlakukan mereka sesuai kondisinya saat ini. Kebutuhan di hargai dan di dengar menjadi kunci kenyamanan nya berinteraksi dirumah,”imbuh Gusma.
Kedua, orang tua ciptakan suasana keakraban dan kedamainan dimanapun berada. Menurut Gusma untuk menciptakan momen ini tidak harus dengan tempat yang mahal dan khusus. Misal di meja makan, di dapur, di kebun, dan di kamar sebelum anak-anak tidur. Dengan cara yang sederhana ini akan menciptakan kehangatan antara orang tua dan anak.
Ketiga, jadilah orang tua yang modern, demokratis dan millenial. Artinya dalam hal ini orang tua bisa memposisikan dirinya sebagai teman, orang tua dan sahabat.
Keempat perhatikan kebutuhan mereka. Anak- anak yang sudah umur 12 tahun ke atas kadang kala sudah merasa malu meminta uang kepada orang tuanya, ia sudah mulai bisa berfikir “aku merepotkan orang tua” .
“Hal ini perlu diperhatikan oleh orang tua agar anak tidak terjerumus dengan mencari uang dengan cara yang instan,”pungkas Gusma.
(0) Komentar