Ramai Orang Tua Protes ke Mendikbudristek Soal Tradisi Wisuda TK-SMA, Dosen UM Surabaya Berikan Tanggapan

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Ramai Orang Tua Protes ke Mendikbudristek Soal Tradisi Wisuda TK-SMA, Dosen UM Surabaya Berikan Tanggapan
Gambar Artikel Ramai Orang Tua Protes ke Mendikbudristek Soal Tradisi Wisuda TK-SMA, Dosen UM Surabaya Berikan Tanggapan
  • 16 Jun
  • 2023

Sumber : Youtube: Sanggar Davinsi

Ramai Orang Tua Protes ke Mendikbudristek Soal Tradisi Wisuda TK-SMA, Dosen UM Surabaya Berikan Tanggapan

Beberapa hari ini media sosial dihebohkan dengan pemberitaan wisuda kelulusan dalam jenjang pendidikan TK, SD, SMP hingga SMA. Protes para orang tua tengah menjadi sorotan masyarakat. Sejumlah argumen muncul menyebutkan bahwa wisuda hanya untuk perguruan tinggi, pelaksanaan wisuda dari jenjang TK-SMA dikhawatirkan wisuda menjadi kehilangan makna.

Tak hanya itu, penolakan wisuda ini juga banyak dinilai karena pemborosan dan membebani para orang tua murid, pasalnya para orang tua harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit demi terselenggaranya acara tersebut.

Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UM Surabaya Holy Ichda Wahyuni angkat bicara. Menurutnya, mengenai prosesi wisuda siswa usia dini yang seperti wisuda mahasiswa perguruan tinggi dirinya kurang sepakat.

Holy menyebut, sebaiknya purnasiswa di usia dini atau Sekolah Dasar (SD) dilakukan sesuai dengan perkembangan anak.

“Anak usia dini nuansa pelepasan akhir tahun seharusnya diarahkan pada seremoni yang mendukung penyaluran kreasi siswa. Seperti seni tari, membaca puisi, menyanyi, hal-hal tersebut lebih banyak manfaatnya dalam menumbuhkan rasa percaya diri anak sejak dini,”ujar Holy Jumat (16/6/23)

Selain itu, juga diharapkan acara pelepasan lebih banyak dikemas menjadi sarana yang lebih intimate bagi forum komunikasi guru dan orang tua siswa.

Memandang makna toga sebagai bentuk kelulusan mahasiswa di jenjang sarjana,  apabila tetap ditempatkan pada makna yang sebenarnya justru dapat menjadi value yang memacu motivasi siswa di jenjang PAUD, SD, SMP, maupun SMA.

“Membangun kesadaran dan harapan bahwa perjalanan pendidikan mereka masih panjang. Memacu semangat dan daya juang anak untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi,”pungkas Holy.