Ramai Orang Membeli Centang Biru di Instagram, Dosen UM Surabaya Berikan Tanggapan

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Ramai Orang Membeli Centang Biru di Instagram, Dosen UM Surabaya Berikan Tanggapan
Gambar Artikel Ramai Orang Membeli Centang Biru di Instagram, Dosen UM Surabaya Berikan Tanggapan
  • 07 Agu
  • 2023

Ilustrasi gambar (I-Stockphoto)

Ramai Orang Membeli Centang Biru di Instagram, Dosen UM Surabaya Berikan Tanggapan

Baru-baru ini layanan centang biru di Instagram dan Facebook berbayar atau Meta Verified resmi hadir di Indonesia. Kini para pengguna di Indonesia bisa berlangganan centang biru dengan harga mulai dari Rp 100.000 hingga 130.000 per bulan dengan mematuhi beberapa syarat yang telah ditentukan.

Fenomena banyaknya orang membeli centang biru di Instagram turut mendapatkan banyak respon dari berbagai kalangan, salah satunya Radius Setiyawan Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) yang turut memberikan tanggapan.

“Kalau dulu centang biru hanya bisa didapatkan oleh pengguna terkenal seperti politisi, eksekutif, influencer dan organisasi yang menandakan legitimasi pengguna, kini centang biru bisa menjadi milik siapa saja, asal mereka punya uang untuk membayar,”ujar Radius Minggu (6/8/23)

Radius dosen pengampu mata kuliah kajian media dan budaya menyebut, bahwa kehadiran centang biru akan menciptakan sistem kasta digital terhadap mereka yang mampu dan kurang mampu.

“Era digital seperti saat ini kesempatan mengakses informasi terbuka bagi semua kelas, kalau sudah begitu hasrat ingin diakui semakin besar,”tegas Radius lagi.

Menurutnya, dalam konteks pengakuan, menjadi berbeda dan membedakan diri dengan yang lain menjadi sangat penting. Hari ini dunia digital memberikan kesempatan tersebut. Membeli akun centang biru di hari ini adalah bagian dari ingin diakui. Ingin membedakan diri (distinction) dengan yang lain. Media yang sebelumnya diimajinasikan menjadi ruang bebas aktif untuk semua golongan atau strata sudah mulai pudar.

Selain itu juga, Radius menambahkan bahwa kondisi di atas jamak  terjadi di era digital. Era dimana seseorang masuk kategori mahkluk homo digitalis.

“Keberadaan manusia sekarang ini sangat tergantung pada simbol-simbol yang menempel pada citra diri. Eksistensinya diri sangat bergantung dari seberapa aktif ia memamerkan dirinya di dunia digital,” pungkas Radius