Starava.Com
Di era digital yang semakin maju ini, aplikasi Strava telah menjadi sebuah fenomena di kalangan penggemar olahraga, terutama para pelari dan pengendara sepeda. Strava bukan hanya sekadar alat untuk merekam aktivitas fisik, tetapi juga menjadi platform sosial yang memungkinkan penggunanya saling berbagi prestasi, memberi dukungan, dan tentu saja, mendapatkan pengakuan sosial bagi sesame peng hobi.
Akhir akhir ini ada satu fenomena menarik yang muncul seiring popularitas aplikasi Strava adalah praktik joki Strava. Joki Strava adalah orang pengganti peran dalam suatu kegiatan yang berguna untuk mencapai target statistik yang ada di aplikasi. Motivasi utama dari joki Strava sering kali berkaitan dengan ingin mendapatkan pengakuan sosial dan prestise di antara sesama pengguna Strava.
Nur Hidayatullah Romadhon Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya menjelaskan, salah satu faktor yang paling sering terjadi mengapa orang-orang tergoda memakai jasa joki Strava adalah untuk meningkatkan citra atau reputasi mereka di kalangan teman-teman atau kelompok olahraga mereka.
“Dalam konteks ini kebiasaan yang dilakukan sehari hari yang biasanya hanya menjadi target pribadi berubah menjadi persaingan antar individu. Ditambah lagi aplikasi ini terhubung secara digital sehingga prestasi dan hasil dari aktifitas bisa dilihat oleh orang lain,”ujar Dayat Jumat (5/7/24)
Dayat menjelaskan, pengakuan yang diterima dari teman-teman atau pengikut bisa menjadi faktor penting dalam membangun identitas online seseorang. Dengan menunjukkan pencapaian yang mengesankan, seperti waktu lari atau jarak sepeda yang fantastis, seseorang dapat merasa lebih dihargai atau dihormati di komunitas Strava mereka.
“Selain itu adanya tekanan untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi dalam peringkat lokal atau kelompok juga dapat mendorong pengguna menggunakan jasa joki Strava,”imbuhnya lagi.
Menurut penjelasannya, Strava menawarkan peringkat dan segment-segment yang memungkinkan pengguna untuk membandingkan pencapaian mereka dengan orang lain dalam area tertentu atau di rute tertentu.
“Hal ini bisa menjadi dorongan kuat bagi beberapa orang untuk mencoba mendapatkan hasil yang lebih baik walaupun dengan cara yang tidak jujur, hanya demi mengungguli pesaing mereka dalam kompetisi virtual,”imbuhnya.
Dayat menilai dengan adanya fenomena ini banyak dampak negatif yang terjadi mulai dari turunnya nilai pengakuan sosial dalam prestasi statistik dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi reputasi mereka dalam komunitas olahraga yang sering kali sangat peduli akan fair play dan prestasi yang diperoleh secara sah . Selain itu praktik joki Strava juga dapat berdampak negatif bagi platform Strava. Sebab sebagian pengguna yang memprioritaskan asas kejujuran akan merasa kecewa terhadap oknum maupun aplikasi tersebut yang berdampak pada penurunan jumlah pengguna aplikasi Strava.
“Bagi sebagian orang penggunaan joki pada aplikasi Strava tampak sepele di permukaan, namun dampak negatifnya dapat meluas dan mempengaruhi berbagai aspek dari penggunaan platform tersebut. Selain itu fenomena ramainya joki Strava untuk pengakuan sosial menggambarkan bagaimana budaya digital telah mempengaruhi cara kita memandang prestasi dan penghargaan dalam olahraga,”imbuhnya.
Ia menyarankan, dalam hal ini pltafrom Strava juga perlu membuat perubahan dalam system aplikasi mulai dari paeningkatan keamanan deteksi pengguna, Peningkatan fitur keamanan hingga adanya edukasi terhadap penggunan tentang pentingnya fairplay dan intergritas dalam dunia olahraga.
(0) Komentar