Ilustrasi gambar (pixel)
Generasi sandwich baru-baru ini marak diperbincangkan. Generasi sandwich merupakan generasi yang menunjukkan identitas seseorang dengan beban ganda dalam hal finansial. Yakni tidak hanya menopang kebutuhan dirinya sendiri namun juga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan orang lain, seperti orang tua dan anak hingga masa depan.
Bagaimana generasi sandwich bisa mengatur keuangan secara baik karena menghidupi banyak orang secara bersamaan? Pakar Ekonomi UM Surabaya Arin Setyowati membagikan sejumlah tips agar generasi sandwich bisa menyeimbangkan kebutuhan.
Menurut Arin, pertama yang harus dilakukana adalah dengan mengalokasikan penghasilan dengan bijak. Dalam mengalokasikan penghasilan, bisa menggunakan rumus 50/30/20 atau bisa juga dengan rumus 40/30/20/10 untuk mengelola penghasilan.
Adapun rincian dari kedua rumus tersebut adalah jika 50 persen dari penghasilan dialokasikan untuk kebutuhan (misal belanja bulanan, tagihan listrik dan air, cicilan dan lainnya), 30 persennya dialokasikan untuk hiburan, 20 persen untuk asuransi, dan 10 persen untuk ditabung.
“Atau jika menggunakan rumus 40/30/20/10, maka 40 persennya dialokasikan untuk kebutuhan bulanan, 30 persen untuk kewajiban (bayar arisan,cicilan), 20 persen untuk tabungan, dan 10 persen untuk berderma atau kebaikan lainnya,”kata Arin Kamis (8/12/22)
Kedua, mencari altenatif penghasilan tambahan. Menurut Arin, selagi masih ada active income, maka bisa disiapkan passive income untuk menunjang dari kebutuhan diri dan keluarga. Misalnya dengan melakukan menjadi reseller hingga freelancer, atau membuat rintisan bisnis dalam upaya menciptakan sumber penghasilan tambahan.
Ketiga, menempatkan keuangan pada investasi yang aman dan prospek. Selain menabung, melakukan investasi menjadi alternatif paling efisien untuk memutarkan dana mengganggur kita dengan mendatangkan profit (keuntungan).
“Tentunya dengan melakukan seleksi ketat pada instrument investasi yang akan kita pilih supaya tidak rugi. Instrument investasi yang bisa dipilih diantaranya; sukuk ritel, obligasi dan lainnya,”imbuhnya lagi.
Keempat, menyiapkan asuransi diri, baik pensiunan maupun kesehatan. Di tengah kondisi yang tidak menentu (volatility) serta batas optimum dari kemampuan fisik dan psikis manusia, maka sudah seharusnya memikirkan sejak dini asuransi diri baik kesehatan maupun pensiunan untuk meminimalisir risiko atas kejadian di masa yang akan datang.
“Terakhir mengalokasikan untuk dana darurat. Dana ini akan menjadi dana cadangan untuk mengcover kondisi tidak terduga yang dibutuhkan dalam waktu cepat atau dalam waktu yang bersamaan,”pungkas Arin.
(0) Komentar