Tangkapan Layar Tik-Tok
Dosen Kajian Media dan Budaya Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Radius Setiyawan turut memberikan komentar di tengah viralnya beragam foto Capres-Cawapres Pilpres 2024 yang dibuat versi cartoon AI (Artificial Intelligence). Potret yang menampilkan sosok Anis Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming dan Mahfud MD dalam versi anak kecil atau sosok yang rupawan tersebut dinilai beragam oleh warganet. Dari lucu dan menggemaskan hingga kagum atas sosok-sosok yang rupawan.
Radius menilai dampak kemajuan teknologi dari AI dapat dimanfaatkan oleh timses untuk beradaptasi dan mendapatkan simpati pemilih dari kelompok atau komunitas tertentu.
“Jadi adanya teknologi AI yang bisa merubah wajah seseorang menjadi herois, lucu, tegas dan sejenisnya merupakan suatu konsekuensi dari kemajuan teknologi. Tentu hal ini akan sangat mungkin dimanfaatkan oleh timses untuk menciptakan figure diri sesuai dengan pasar atau komunitas yang dibidik. Maka, tak heran apabila sekarang muncul beberapa flayer digital atau baliho kampanye yang menggunakan gambar versi AI,”kata Radius Minggu (26/11/23)
Tetapi Radius mengingatkan soal euforia figur yang diproduksi AI agar tidak membuat masyarakat lupa soal pentingnya visi misi dan gagasan calon pemimpin. Menurutnya, soal citra diri yang kekinian yang diproduksi AI berpotensi mereduksi soal gagasan yang diusung Capres-Cawapres karena terlalu sibuk memoles tampilan fisik.
“Yang dikhawatirkan adalah para paslon terlena lalu menjadi sibuk membuat citra diri dengan AI, sementara visi aktual dan gagasan yang berpijak pada masalah nyata bangsa terasa kosong dan dilupakan,”tegasnya.
Radius menegaskan, teknologi harus menjadi medium untuk menyampaikan pesan yang berisi visi dan gagasan yang efektif dan mudah dipahami khalayak.
“Jangan sampai kemajuan teknologi membuat figur pemimpin jauh dari otentisitas dirinya atau tidak menjadi dirinya sendiri, karena teknologi berpotensi menciptakan gelembung citra yang semu dan penuh kepalsuan,”katanya lagi.
Lebih lanjut lagi, Radius mengatakan di tengah arus kecepatan teknologi hari ini membuat partai-partai politik berlomba-lomba menceburkan diri membangun kekuatan baru di ranah digital. Mereka kemudian masuk ke berbagai platform media sosial yang ada demi mendapatkan simpati anak-anak muda melek teknologi atau generasi dewasa yang baru beradaptasi dengan teknologi.
Sehingga dalam hal ini sangat diperlukan kehati-hatian dan langkah yang bijak khususnya generasi Z dan millennial dalam menerima pesan. Generasi muda Indonesia merupakan kekuatan tersendiri yang harus direbut suaranya di dalam kontestasi pemilihan.
“Selain itu juga, jelang Pemilu 2024 akan banyak bertebaran informasi hoaks, mulai dari berita bohong, hasutan, ujaran kebencian, dan lainnya, sehingga diperlukan kesantunan di dalam berpolitik di media sosial terutama bagi anak-anak muda. Saring dulu sebelum sharing dan lakukan tabbayun, mengecek terlebih dulu kebenaran suatu informasi," pungkasnya.
(0) Komentar