Maraknya Fenomena AI dalam Pembelajaran, Dosen UM Surabaya Ungkap Soal Shock Future

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Maraknya Fenomena AI dalam Pembelajaran, Dosen UM Surabaya Ungkap Soal Shock Future
Gambar Artikel Maraknya Fenomena AI dalam Pembelajaran, Dosen UM Surabaya Ungkap Soal Shock Future
  • 05 Agu
  • 2023

Foto Dosen UM Surabaya Radius Setiyawan (Humas)

Maraknya Fenomena AI dalam Pembelajaran, Dosen UM Surabaya Ungkap Soal Shock Future

Keberadaan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan memiliki sejumlah manfaat untuk membantu pekerjaaan manusia, bahkan dalam dunia pendidikan terus mengalami perkembangan secara pesat. Beragam jenis tools AI sudah bisa diakses baik secara gratis ataupun berbayar.

Meski demikian, AI tetap memiliki kekurangan dan kelebihan. Di satu sisi memiliki banyak manfaat, namun di sisi lain AI juga dapat menimbulkan ancaman bagi dunia pendidikan.

Hal tersebut disampaikan oleh Radius Setiyawan Dosen Desain Komunikasi Visual (DKV) UM Surabaya. Radius menyebut ada 3 hal yang harus menjadi fokus perguruan tinggi di tengah kecanggihan AI hari ini. 

Pertama, berpotensi munculnya praktik plagiarisme baru, Ia mengatakan chat menggunakan platform AI atau chat GPT (Generative Pre Trained Transformer) jelas akan mereduksi peran pendidikan secara substansial.

“Tentunya, jika hal ini tidak menjadi perhatian dosen dan institusi, kehadiran AI akan mereduksi peran pendidikan dalam mengupayakan kerja keras dan sikap kritis. Upaya membangun etos intelektual jelas akan terganggu. Akibatnya mahasiswa tidak lagi berusaha dan cenderung malas untuk melakukan kajian tulisan dengan metode ilmiah yang benar”ujar Radius Sabtu (5/8/23)

Dampak yang kedua adalah Shock Future. Hadirnya AI dalam dunia pendidikan juga mengakibatkan shock future atau kegagapan menghadapi fenomena-fenomena baru hari ini dan yang akan datang.

“Kondisi ini tentu akan memicu kekhawatiran, namun bagaimanapun perkembangan teknologi yang berkembang secara pesat tidak bisa dicegah, sehingga dosen di perguruan tinggi harus benar-benar memahami perkembangan teknologi dan perilaku mahasiswa adalah digital native," katanya.

Radius dosen pengampu mata kuliah kajian media dan budaya tersebut menyebut, dengan memahami pola digital native, dosen akan mampu melihat peluang baru dan menciptakan solusi inovatif yang mengubah cara berinteraksi, bekerja dan menjalani aktivitas dalam dunia pendidikan.

Ketiga adaptasi. Artinya sebuah lembaga atau institusi harus mampu beradaptasi dalam melihat inovasi pembelajaran. Ia mengatakan adaptasi institusi pendidikan terhadap perubahan itu sangat penting untuk memaksimalkan pembelajaran.

Menurutnya, semangat institusi untuk terus beradaptasi harus menjadi fokus. Kultur di dalam institusi perlu dibangun agar penggunaan teknologi khususnya AI ini dapat dimanfaatkan secara benar dan tepat.

“Di tenggah kecanggihan AI hari ini. Perguruan tinggi perlu membuat dan beradaptasi terkait kurikulum yang mampu merespons perkembangan teknologi dengan menemukan kembali dari segi metode dan pengajaran, tentu dengan dukungan semua stakeholder pendidikan. Dosen dan mahasiswa harus punya pelatihan dan akses yang memadai untuk memanfaatkan teknologi AI dengan tepat tanpa mereduksi fungsi pendidikan,”pungkas Radius.