Ilustrasi thrift shop. (Unsplash/Nilay Sozbir)
Beberapa hari ini media sosial dihebohkan dengan kasus temuan kantor berita Reuters yang berhasil menemukan bahwa sepatu bekas yang akan didaur ulang justru diselundupkan ke Indonesia. Hal tersebut dianggap melanggar hukum di Indonesia.
Tak hanya sepatu bekas, baju bekas impor hingga hari ini marak di pasaran, bahkan dijual bebas di marketplace belanja online. Selain harganya yang murah dan menawarkan kualitas yang masih bagus, tren mencari pakaian bekas dan sepatu bekas atau yang disebut dengan istilah thrifting sedang popular dan menjadi primadona bagi anak-anak muda.
Lantas apakah budaya thrifting berbahaya bagi kesehatan? Lihabi, laboran laboratorium patologi klinik UM Surabaya menyebut memakai pakaian bekas dan sepatu bekas dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, terutama pada kesehatan kulit.
“Beberapa hasil penelitian menyebut sampel pakaian bekas mengandung jamur kapang atau khamir, bakteri staphylococcus aureus, bakteri escherichia coli dan virus,”ujar Lihabi Rabu (1/3/23)
Dalam penjelasannya, Lihabi menjelaskan 4 bahaya bakteri apabila menempel pada tubuh manusia.
Menurutnya yang pertama adalah bakteri Stapylococcus Aureus. Bakteri Staphylococcus Aureus bisa menempel pada pakaian kotor dan mampu menyebar ke pakaian lain. Bakteri berbahaya ini bisa menyebabkan infeksi kulit atau meracuni makanan. Bakteri yang menempel pada kain berpotensi tumbuh menjadi penyakit berbahaya.
“Proses penyebaran bakteri ini dapat terkontaminasi dalam aktivitas sehari-hari, dan seringkali tidak disadari. Baju bekas ini kan tidak tau asal usulnya, bisa jadi sudah diganti dari orang ke orang yang lain yang bisa menjadi tempat hidup bakteri Staphylococcus Aureus, E Coli, Klebsiella Pneumoniae, dan Pseudomonas,”tegas Lihabi lagi.
Kedua, bakteri Scherichia Coli. Scherichia Coli adalah sekelompok jenis bakteri sama seperti bakteri jenis lain, bentuk bakteri E coli tidak kasat mata dan hanya bisa dilihat dengan menggunakan bantuan mikroskop. Bakteri E coli berasal dari usus, baik usus manusia maupun usus hewan berdarah panas.
“Virus yang ditemukan pada pakaian bekas merupakan virus jenis HPV (Human Papilloma Virus) meski kutil merupakan tumor jinak namun harus tetap di waspadai karena virus ini menginfeksi kulit sehingga menimbulkan benjolan dan pertumbuhannya cepat,”imbuhnya.
Ketiga, jamur kupang. Jamur kapang yang terdapat pada pakaian bekas disebabkan oleh udara yang lembab dan kurangnya aliran udara. Jamur ini memiliki ciri-ciri berwarna putih atau terkadang berwarna hitam kehijauan yang beraroma khas seperti bau apak serta bau tanah. Keberadaan jamur kapang biasanya berada di permukaan pakaian dan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Beberapa penyakit yang muncul akibat dari paparan jamur kapang ini antara lain, seperti gatal-gatal dan reaksi alergi pada kulit, efek beracun iritasi, hingga infeksi karena pakaian tersebut melekat langsung pada tubuh.
“Jamur kapang bisa beracun dan tentunya berbahaya bagi kesehatan. Bahkan, jamur ini tidak akan hilang walaupun pakaian tersebut sudah direndam dengan air panas dan dicuci berkali-kali,”tukas Lihabi.
(0) Komentar