Marak Bullying Terjadi di Sekolah, Pakar UM Surabaya Beri Pesan Ini untuk Para Guru

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Marak Bullying Terjadi di Sekolah, Pakar UM Surabaya Beri Pesan Ini untuk Para Guru
Gambar Artikel Marak Bullying Terjadi di Sekolah, Pakar UM Surabaya Beri Pesan Ini untuk Para Guru
  • 18 Okt
  • 2023

Shutterstock

Marak Bullying Terjadi di Sekolah, Pakar UM Surabaya Beri Pesan Ini untuk Para Guru

Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar memperoleh ilmu pengetahuan dan belajar mengembangkan kemampuan bersosialisasi para peserta didik. Akan tetapi beberapa waktu terakhir ini, sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa sekolah bukan lagi mejadi tempat yang aman untuk menuntut ilmu. Hal ini tentunya dikarenakan marak beredarnya video maupun berita terkait perilaku bullying oleh siswa/siswi yang terjadi di lingkungan sekolah. 

Uswatun Hasanah Dosen Keperawatan Jiwa FIK UM Surabaya mengatakan kejadian bullying muncul dalam berbagai bentuk mulai dari intimidasi, mengejek, juga dalam bentuk kekerasan fisik yang tentunya menyebabkan hilangnya nyawa korban akibat kekerasan langsung atau korban yang memutuskan mengakhiri hidup (bunuh diri) akibat tidak tahan terus dibully.

“Saat siswa berada di lingkungan sekolah, tentunya secara penuh mereka berada dalam pengawasan dan tanggung jawab guru, sehingga guru memiliki frekwensi yang tinggi dalam berinteraksi dengan siswa baik di kelas maupun diluar kelas,”ujar Uswatun Rabu (18/10/23)

Dalam keterangannya, Uswatun membagikan tips bagi seluruh guru untuk pencegahan maupun penanganan bullying di lingkungan sekolah.

Pertama, menjadi guru yang jeli dan peka. Guru perlu menyadari bahwa apa yang terlihat di depan mata belum tentu merupakan sebuah fakta. Banyak hal atau kejadian tersirat yang membutuhkan kejelian dari para guru, khususnya dalam hal mengidentifikasi tanda perilaku bullying dari peserta didiknya baik yang ditunjukkan oleh pelaku maupun korban. 

“Perlu disadari bahwa bullying dapat dilakukan dan terjadi kepada siapapun, bahkan oleh siswa yang dalam kesehariannya menunjukkan perilaku yang baik juga berprestasi, atau juga oleh siswa yang nampak dalam kesehariannya sebagai siswa yang pendiam. Guru juga harus menyadari meski bullying sering terjadi di area tertutup dimana pengawasan minim dilakukan seperti di toilet, belakang bangunan sekolah dan sebagaianya,”tegasnya lagi. 

Kedua, menjadi lebih waspada terhadap tanda awal perilaku bullying. 

Sebagai seorang guru, mengawasi banyak siswa dalam satu waktu merupakan tantangan yang cukup menguras energi, waktu, pikiran dan juga emosi. Akan tetapi itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan. Perilaku-perilaku kecil yang biasanya di anggap sebagai candaan terkadang menjadi indicator terjadinya bullying jika tidak di tangani sejak dini. Seperti tatapan mata tajam pada yang ditujukan hanya pada satu siswa tertentu, menertawakan stau mengajak seisi kelas menertawai salah satu teman sambil meledeknya, memanggil nama teman dengan panggilan ejekan/nama dari orangtua, mengabaikan, menguntit, meminjam barang kemudian tidak dikembalikan atau dirusak. 

“Beberapa perilaku tersebut memang tidak menunjukkan bullying secara nyata, akan tetapi beberapa penelitian mengungkapkan bahwa perilaku tersebut mengarah pada perilaku bullying yang jika guru dengan tegas mengambil tindakan untuk menghentikan perilaku gerbang ini, peluang untuk menghentikan perilaku bullying akan lebih besar,”jelasnya. 

Ketiga, menjadi lebih peduli dan menganggapi dengan serius. Saat ada indikasi siswa melakukan intimidasi pada siswa lainnya, guru harus merespons hal tersebut sebagai sesuatu yang serius dengan menegaskan pada pelaku bahwa hal yang dilakukan termasuk bentuk kekerasan psikis dan sampaikan konsekuensi yang akan diterima jika diulangi. Begitu pula jika terdapat siswa selaku korban bullying yang menceritakan peristiwa yang dialaminya, alangkah baiknya guru menunjukkan kepedulian, focus dan aktif mendengarkan cerita tersebut sambil menunjukkan empati, menenangkan, menyampaikan solusi dan komitmen untuk menindaklanjuti proses penyelesaian kasus bullying tersebut secara netral tanpa memihak sampai menemukan bukti konkret terkait kejadian bullying. 

Keempat, memulai dengan menciptakan ruang kelas yang aman. Ruang kelas yang aman bagi siswa tidak sebatas aman digunakan saat proses belajar mengajar, akan tetapi juga mencakup adanya rasa saling menghormati, saling memiliki antar sesama siswa, terbentuknya kepedulian dan saling mendukung, rasa aman untuk berinteraksi, bebas mengekspresikan dan  mengungkapkan pikiran serta perasaan, termasuk siswa mau bersuara saat menyaksikan perilaku bullying, menjadi korban dan berani menentang perilaku bullying. Guru dapat membantu membangun koneksi dan kedekatan antar siswa, sehingga mereka merasa saling terhubung satu sama lain, dan memiliki peluang yang lebih besar dalam menghadapi bullying. 

“Jika dibutuhkan guru juga bisa menyediakan dokumen anti-bullying yang ditandatangani oleh seluruh siswa untuk menunjang terciptanya lingkungan kelas yang aman, tentunya dalam dokumen penting untuk menyertakan konsekwensi yang membangun bagi siswa yang melanggar dan prosedur penyelesaian masalah,”katanya. 

Terakhir, guru perlu aktif melibatkan orang tua dalam upaya penanganan bullying. Saat ada kejadian yang mengarah pada perilaku bullying, alangkah baiknya guru menginformasikan hal tersebut pada orangtua pelaku maupun orangtua korban, dengan menyampaikan kronologi lengkap dari kejadian, sehingga saat di rumah orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya terkait cara bersikap, dan berperilaku positif pada sesama bagi pelaku dan orang tua korban dapat menagajari maupun melatih mengajari mereka keterampilan sehingga mereka tahu cara melakukan intervensi ketika penindasan terjadi. 


User Comment denok

denok

19 November 2023 12:13:52

terimakasih sudah bisa menambah literasi kami bagi guru pemula