Foto Dosen UM Surabaya Radius Setiyawan (Humas)
Dosen Kajian Media dan Budaya Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Radius Setiyawan turut memberikan tanggapan terkait banyaknya influencer yang terlibat dalam mempromosikan judi online di media sosial. Radius menilai peran influencer dalam memasarkan judi online sangat berbahaya bagi masyarakat. Hal tersebut mengingat artis atau influencer kerap dijadikan contoh oleh para pengikutnya.
“Tentu ini sangat membahayakan, karena apa yang mereka katakan berpotensi mempengaruhi pola perilaku pengikut. Bisa dikatakan influencer menjadi trend-setter bagi millennial dan generasi Z. Dengan follower yang banyak influencer berpotensi mempengaruhi perilaku banyak orang pada hal-hal tertentu,”ujar Radius Kamis (7/9/23)
Menurutnya, banyaknya masyarakat yang mengikuti kehidupan influencer menjadi indikasi bahwa masyarakat hidup dalam kerentanan. Orang menjadi mudah percaya kepada citra dalam dunia siber.
“Di zaman era kecepatan informasi seperti hari ini, otak kita mudah diserang informasi dari iklan, media sosial, berita hingga gosip. Otak manusia sangat mungkin bisa diretas, akibatnya adalah tipu-daya." katanya lagi.
Menurutnya, apa yang dipromosikan influencer dalam kasus judi online adalah imaji kaya raya dengan cara yang instan. Akibatnya orang mudah terobsesi dan kehilangan nalar kritis. Ia juga mengatakan yang paling berbahaya adalah ketika masyarakat kehilangan nalar kritis, ia akan melakukan apa saja dalam mencapai tujuan.
“Ketika harapannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, maka akan muncul kejahatan baru seperti mencuri, usaha bunuh diri hingga depresi berat,”imbuhnya.
Ia juga mengatakan, banyaknya korban judi online juga disebabkan oleh kondisi ekonomi yang berat. Kondisi ekonomi yang berat tidak menutup kemungkinan orang akan mudah tergoda oleh iming-iming peningkatan dana atau aset secara instan di dunia siber.
Selain itu, lemahnya literasi digital juga membuat masyarakat mudah terperdaya dalam dunia digital. Ia berpesan kepada masyarakat di tengah kondisi banjir informasi seperti sekarang masyarakat perlu berpikir reflektif. Artinya tidak lagi melihat dunia dari sisi permukaan saja. Semua penilaian, asumsi, dan prasangka harus ditunda terlebih dahulu supaya bisa mendapatkan pengetahuan yang mumpuni dan mendalam.
“Kecepatan teknologi hari ini cenderung menciptakan pendangkalan yang berakibat sebagian masyarakat mudah sekali terperdaya dengan sesuatu yang instan,”tegasnya.
Terakhir terkait minimnya literasi keuangan. Menurutnya banyak dari sebagian masyarakat yang masih susah membedakan dan bahkan abai dalam hal trading atau judi online.
Sebagian masyarakat kita masih awam dengan dunia trading, judi online. Mereka dengan mudah berinvestasi hanya dengan mengikuti para influencer yang diidolakan. Padahal, dalam konteks ini, dibutuhkan pemahaman operasional khusus agar tidak mudah terjebak pada investasi bodong.
(0) Komentar