Ini Tanggapan Dosen UM Surabaya Soal Kepribadian Ganda Pemeran Kebaya Merah

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Ini Tanggapan Dosen UM Surabaya Soal Kepribadian Ganda Pemeran Kebaya Merah
Gambar Artikel Ini Tanggapan Dosen UM Surabaya Soal Kepribadian Ganda Pemeran Kebaya Merah
  • 13 Nov
  • 2022

Ilustrasi pemeran video kebaya merah (Tribun)

Ini Tanggapan Dosen UM Surabaya Soal Kepribadian Ganda Pemeran Kebaya Merah

AH pemeran kebaya merah dalam video syur yang tengah viral diduga mengidap penyakit bipolar. Meski begitu, pihak kepolisian tak mau berspekulasi dan lebih memilih melakukan observasi terhadap tersangka. Polisi menyebut, bahwa AH memiliki kepribadian ganda.

Menyoroti hal tersebut, Dosen Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Uswatun Hasanah mengatakan, orang yang memiliki kepribadian ganda, bisa saja dikatakan sebagai orang yang mengidap gangguan kejiwaan berdasarkan Diagnostic And Statistical Manual For Mental Disorder -5 (DSM – 5). 

Uswatun menyebut, gangguan jiwa sendiri memiliki sejumlah penyebab. Di antaranya karena faktor biologis, seperti penyalahgunaan zat-zat adiktif, dan bisa karena selama masa hidup mengalami trauma kepala.

“Ada faktor psikologis, dia pernah mengalami trauma atau pengalaman traumatis di masa lalu. Adanya pengabaian oleh lingkungan sekitar dan faktor tumbuh kembangnya yang tak tercapai,” kata Uswatun, Sabtu (12/11/2022).

Selain itu, Uswatun juga menyebut persoalan ekonomi yang di situ bisa menyebabkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari juga bisa menjadi latar belakang orang mengalami gangguan jiwa.

“Untuk menegakkan diagnosa gangguan jiwa kita perlu melakukan beberapa pemeriksaan mendalam berkaitan dengan faktor penyebab baik secara biologis, kemudian psikologis, dan juga sosialnya. Selain itu, kita perlu melihat bagaimana respon kognitif, perilaku, juga mental emosional masih berfungsi secara baik atau ada penyimpangan,”imbuhnya lagi.

Lantas, apakah orang yang memiliki gangguan jiwa masih memiliki dorongan seksual?

Uswatun menjelaskan, bahwa orang dalam gangguan kejiwaan masih memiliki dorongan seksual, meskipun akan ada perubahan yang terjadi karena pengaruh gejala penyakit dan juga proses pengobatan yang dijalani.

“Kalau kita berbicara dorongan seksual pada individu yang mengalami gangguan jiwa, kalau dikatakan tidak memiliki sama sekali, tidak juga,” jelasnya.

Menurutnya, ketika seorang individu mengalami gangguan jiwa dan tengah menjalani pengobatan, obat-obatan itulah yang memberikan dampak tersendiri. Salah satunya bisa menurunkan dorongan seksual.

“Seperti hasrat seksualnya menurun dan kemudian ketika gejala-gejala tertentu muncul, hal tersebut juga bisa mempengaruhi peningkatan maupun penurunan dorongan seksualnya tersebut,”pungkas Uswatun.