Warga di China. (Foto: AP Photo)
Kasus Pneumonia di China yang melonjak tajam sejak Oktober hingga November 2023 mendapatkan perhatian khusus di dunia kesehatan. Lonjakan kasus pneumonia banyak menyerang anak-anak membuat fasilitas kesehatan di China mengalami overload. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas China menyebut pemicunya bukan patogen baru, salah satunya mycoplasma atau mikoplasma. Mycoplasma pneumoniae adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan seperti di tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan.
Gina Noor Djalilah Dosen Fakultas Kedokteran (UM Surabaya) yang juga Dokter Spesialis Anak mengatakan, pneumonia ini bisa menyerang semua usia akan tetapi akan sangat rawan terkena pada anak-anak dan lansia.
Gina mengatakan, gejala Mycoplasma Pneumonia hampir sama dengan gejala pneumonia pada umumnya, dan ini bukan pneumonia baru. Di China, mycoplasma pneumonia sudah terdeteksi ada sejak belasan tahun lalu dan sudah banyak riset tentang pneumonia ini dalam kurun waktu tersebut. Hanya saja, lonjakan kasus yang sangat tajam dengan durasi sakit yang lebih lama pada anak-anak menjadi perhatian khusus.
Gejala Mycoplasma Pneumonia pada Anak
Gina menyebut, anak-anak di bawah usia 5 tahun yang terkena infeksi Mycoplasma pneumoniae memiliki gejala yang berbeda dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Sebaliknya, mereka kemungkinan mengalami gejala seperti flu seperti: demam, batuk, sesak, bersin, hidung tersumbat atau berair, sakit tenggorokan, mata berair, mengi, muntah dan diare.
Menurut IDAI, berikut ini beberapa tips pencegahan yang bisa dilakukan:
Pertama, memberi ASI eksklusif dan MPASI yang memadai. Pada bayi, pemberian asupan ASI dan MPASI yang cukup akan memberikan proteksi perlindungan alamiah pada bayi dalam hal gizi. MPASI atau makanan pendamping ASI dianjurkan untuk mulai diberikan sejak bayi berusia 6 bulan, sedangkan ASI dapat diberikan hingga usia 2 tahun
Kedua, lengkapi imunisasi anak. Imunisasi yang lengkap dapat menjadi salah satu cara mencegah pneumonia anak, dan juga berbagai penyakit lain. Misalnya campak, batuk rejan, difteri, dan penyakit berat lainnya.
Ketiga, cuci tangan dengan sabun. Dengan mencuci tangan secara rutin, anak-anak bisa terlindungi dari berbagai penyakit serius, seperti pneumonia, diare, bahkan COVID-19. Cuci tangan yang rutin menjadi penting karena ada jutaan bakteri dan virus tak kasat mata yang bisa menempel di tangan.
Keempat, memakai masker saat ada di tempat umum. Masker sangat efektif untuk mencegah penularan pneumonia yang disebabkan oleh droplet pernafasan yang dihirup. Penggunaan masker yang benar juga diperlukan agar penularan pneumonia dapat dicegah terutama saat anak-anak berada di tempat umum.
Kelima, kurangi polusi dalam rumah. Polusi udara juga bisa menjadi salah satu faktor risiko pneumonia pada anak. Jadi, polusi udara, termasuk yang ada di dalam rumah, sebaiknya dihindari. “Jangan biarkan Si Kecil terpapar oleh polusi udara, seperti asap rokok, karena dapat merusak saluran pernapasannya,”imbuh Gina lagi.
Menurutnya, anak-anak yang hidup bersama seorang perokok, meskipun tidak merokok langsung di depannya, tetap memiliki risiko untuk terkena penyakit yang berkaitan dengan saluran pernapasan.
“Itulah beberapa cara mencegah pneumonia anak yang direkomendasikan oleh IDAI. Dapat diketahui bahwa cara pencegahan penyakit ini cukup mudah, tetapi bisa jadi sulit jika tidak ada niat dan kerja sama yang baik antara orangtua dan anggota keluarga lainnya,”pungkas Gina.
(0) Komentar