Film Horor Ramai Ditonton, Dosen Psikologi UM Surabaya: Ini Dampaknya jika Ditonton Anak

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Film Horor Ramai Ditonton, Dosen Psikologi UM Surabaya: Ini Dampaknya jika Ditonton Anak
Gambar Artikel Film Horor Ramai Ditonton, Dosen Psikologi UM Surabaya: Ini Dampaknya jika Ditonton Anak
  • 25 Mei
  • 2022

Poster KKN di Desa Penari Extended. (Twitter/@awisuryadi)

Film Horor Ramai Ditonton, Dosen Psikologi UM Surabaya: Ini Dampaknya jika Ditonton Anak

Film horor KKN di Desa Penari tampaknya membuat masyarakat menjadi penasaran. Film yang mampu menembus lebih dari 7 juta penonton tersebut memiliki daya tarik tersendiri mulai dari kalangan orang tua, remaja hingga anak-anak. Menonton film horor, bagi sebagian orang dianggap sebagai salah satu cara untuk melepas stres dan ketegangan. Namun ada juga yang memilih untuk menghindari menonton film horor dengan berbagai alasan, salah satunya alasan kesehatan dan alasan psikologis.

Fety Khosianah Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) memberikan tanggapan terkait banyaknya anak di bawah umur yang menonton film tersebut. Menurutnya film horor di bioskop dengan ruangan gelap tersebut memiliki beberapa dampak dan konsekuensi sehingga orang tua harus lebih peka terkait hal ini.

Pertama mengurangi kepekaan. Menonton film horor tampaknya terlihat baik di permukaan karena orang menjadi terbiasa menyaksikan hal-hal yang berdarah-darah dan mengerikan. Namun, di sisi lain jika seseorang terlalu sering menonton film horor dan adegan-adegan kekerasan dalam kesehariannya justru akan sangat berbahaya terhadap rasa kepekaannya. Ia mencontohkan satu kasus, misalnya jika ada tetangga yang berteriak atau menangis histeris, bisa jadi mereka tidak akan cepat tanggap untuk mencari tahu karena menganggap mereka sedang menonton film horor.

“Dampak lain adalah melekat di ingatan. Menonton film horor, tanpa kita sadari membuat otak kita terpolusi. Menurut penelitian bahwa apa pun yang kita lihat dan dengar serta rasakan terekam di alam bawah sadar,”ujar Fety, Rabu (25/5/22)

Ia mencontohkan anak-anak kebanyakan setelah menonton film horor baik di bioskop maupun televisi menjadi lebih penakut dari sebelumnya. Seperti tidak berani tidur sendiri, bahkan tidak berani pergi ke toilet.

Hal ini terjadi disebabkan anak-anak masih belum bisa membedakan antara dunia realita dan fiksi. Sebuah studi ilmiah yang dilakukan oleh profesor seni komunikasi di University of Wisconsin, Joanne Cantor, dan rekannya, Dr. Kristen Harrison, seorang professor studi komunimasi di University of Michigan, mencatat bahwa anak-anak paling berisiko mengalami ketakutan yang akan bertahan lama. Hal inilah yang menyebabkan anak-anak menganggap bahwa sosok menyeramkan dalam film horor adalah nyata.

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah membuat omongan anak-anak menjadi ngawur. Meskipun menonton film bisa meningkatkan kemampuan berbicara, terutama pada anak-anak, namun, yang sebaliknya juga bisa terjadi jika anak-anak menonton film horor. Film horor dan kekerasan membuat anak-anak berbicara kasar, kotor dan ngawur.

“Dampak lain adalah gangguan tidur. Banyak orang dewasa dan anak-anak yang mengalami kesulitan tidur setelah menonton film horor. Hal ini dikarenakan adanya efek kemungkinan bayangan film horor yang masih membayangi, seperti suara-suara seram atau tampilan sosok menakutkan yang masih melekat dalam ingatan, bahkan sampai terbawa mimpi,”imbuhnya lagi.

Jika menonton film horor itu dilakukan pada malam hari dengan suasana yang gelap dan mencekam maka akan semakin melekat dalam ingatan sehingga semakin membuat anak semakin sulit tertidur.

Dampak lain yang perlu diwaspadai adalah menimbulkan perilaku agresif. Seorang psikolog keluarga RY Langham menyatakan kepada Association of Youth, Children and Natural Psychology (AYCNP), bahwa anak-anak yang menonton film-film yang menakutkan bisa menunjukkan perilaku agresif berupa kekerasan verbal maupun fisik di rumah maupun di sekolah.

“Mengganggu kesehatan fisik. Artinya menonton film menakutkan bisa meningkatkan clotting agent yang dikenal sebagai Factor VIII yang bisa menyebabkan thrombosis dalam tubuh. Peningkatannya bisa mencapai 57%, sementara kalau menonton film lain hanya 3%,”imbuh Fety lagi dalam keterangan tertulis.

Fety menjelaskan jumlah trombosit normal dalam tubuh manusia berkisar antara 150.000 – 450.000 sel per mikroliter darah. Trombosit yang rendah memang bisa menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD) namun trombosit yang terlalu tinggi – di atas 450.000 sel per mikroliter darah – menurut Mediskus, juga berbahaya, karena bisa menyebabkan pendarahan.

“Selain itu, saat menonton film horor dengan grafis gambar yang mengerikan, detak jantung juga akan meningkat sebanyak 15 detak per menit, kemudian telapak tangan menjadi berkeringat, suhu kulit turun beberapa derajat, otot menjadi menegang, serta tekanan darah meningkat,”katanya lagi.

Terakhir adalah menyebabkan kematian. Ada banyak kasus orang yang mati saat menonton film horor karena terkena serangan jantung. Seperti melansir dari situs berita The Independent yang melaporkan, seorang pria di Sri Balasubramaniar, Tiruvannamalai, Negara Bagian Tamil Nadu, India meninggal dunia karena serangan jantung saat menonton The Conjuring 2.