Tangkapan Layar Tik Tok
Media sosial TikTok mulai dilirik oleh para pasangan calon (paslon) Capres-Cawapres untuk mendekati pemilih terutama para pemilih muda. Beberapa hari ini media sosial dihebohkan dengan Capres nomor urut 1 yang mulai live TikTok. Ramainya hal tersebut ditanggapi oleh sejumlah akademisi salah satunya Dosen UM Surabaya Agus Budiman.
Budi mengatakan, di era new media tentunya semua kalangan memiliki kebebasan dalam mengaktualisasi diri melalui media digital termasuk para calon presiden. Salah satunya adalah dengan menggunakan fitur live di media tiktok. Tiktok sebuah new media yang menawarkan bagaimana identitas dibentuk melalui para pelaku tiktok. Mereka menggunakan Tik Tok sebagai sarana komunikasi dan memberikan pesan kepada para penggemarnya.
Menurutnya, jika melihat tren saat ini tiktok menjadi media yang yang cukup popular. Menurut laporan We Are Social, Indonesia berada diperingkat kedua dengan jumlah pengguna tiktok terbanyak dunia. Munculnya istilah FYP yang menjadikan pengguna tiktok lebih mudah dalam meraih kepopuleran di masyarakat. Munculnya FYP ini berdasarkan kepopuleran dan algoritma tertentu, sehingga video yang biasanya muncul di FYP merupakan video-video yang sering dilihat pengguna tiktok.
“Misal pengguna sering menonton video tentang kampanye pilpres, maka halaman FYP pengguna akan dipenuhi dengan video-video kampanye pemilu pilpres. Pada halaman muka FYP akan ada banyak sekali video yang menjadi rekomendasi untuk ditonton. Itu sebabnya banyak pengguna yang ingin masuk FYP di tiktok,”ujar Budi Kamis (4/1/24)
Budi mengatakan, kontestasi pilpres tahun ini memang cukup menarik untuk dikaji dalam persoalan strategi kampanye tiap-tiap paslon. Ia menjelaskan, perkembangan teknologi melalui media-media baru saat ini sejalan dengan apa yang digagas baudrilland tentang konsep simulakra. Medium simulakra berlangsung melalui teknologi, informasi, dan komunikasi. Sehingga seringkali pesan yang ditampilkan oleh media jauh dari makna aslinya. Hal ini menyebabkan konstruksi budaya masa kini selalu ada dalam citra simulasi-simulasi.
“Citra-citra simulasi tersebut pada akhirnya menciptakan suatu realitas baru yang tanpa historisitas kebenaran, suatu realitas yang berbeda dengan realitas yang riil. Hal inilah yang memudahkan para paslon untuk membentuk citra dirinya dengan melakukan live di tiktok,”imbuh Budi lagi.
“Fenomena live tiktok yang dilakukan oleh para calon presiden dan wakil presiden dilakukan untuk melanggengkan identitas yang dibentuk melalui tiktok., live tiktok memiliki pesan yang dahsyat dalam berkomunikasi. Hal ini sah-sah saja dilakukan karena berkaitan dengan strategi kampanye tiap-tiap paslon,”pungkas Budi.
(0) Komentar