Dosen UM Surabaya: Sering Lembur Bisa Picu Kecemasan dan Depresi

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Dosen UM Surabaya: Sering Lembur Bisa Picu Kecemasan dan Depresi
Gambar Artikel Dosen UM Surabaya: Sering Lembur Bisa Picu Kecemasan dan Depresi
  • 10 Des
  • 2022

Ilustrasi gambar (Shutterstock)

Dosen UM Surabaya: Sering Lembur Bisa Picu Kecemasan dan Depresi

Para pekerja yang bekerja di bidang apapun selalu berusaha menampilkan performa yang memuaskan, sehingga tidak jarang untuk memenuhi ekspektasi tersebut para pekerja mengambil waktu lebih diluar jam kerja yang semestinya (lembur).

Kerja lembur sendiri didefinisikan sebagai jadwal kerja yang melebihi waktu kerja perminggu atau kerja yang dilakukan degan tujuan menyelesaikan pekerjaan yang tidak mungkin diselesaikan dalam jam kerja yang ditetapkan.

Banyak factor yag dapat menyebabkan seseorang melakukan kerja lembur seperti masalah sosial ekonomi dengan tujuan mendapatkan upah lembur, menyelesaikan target pekerjaan, atau bahkan sengaja dilakukan oleh mereka yang gila kerja (workaholic).

Dosen Keperawatan Jiwa FIK UM Surabaya Uswatun Hasanah menyebut, terlalu sering kerja lembur memberikan dampak negatif bagi kesehatan mental seseorang.

“Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, diantara masalah kesehatan mental yang berisiko tinggi dialami oleh pekerja yang sering lembur diantaranya adalah kecemasan dan depresi,”ujar Uswatun Sabtu ( 10/12/22)

Uswatun menyebut, sebuah studi menemukan bahwa orang yang bekerja lebih dari 40-90 jam perminggu memiliki risiko lebih besar mengalami depresi dan kecemasan baik pada pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan.

Beberapa gejala kecemasan dan depresi yang muncul pada orang yag sering lembur diantaranya sulit tidur, sulit menikmati kegiatan,  aktivitas yang dilakukan atau hobi, merasa stress, selalu khawatir tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau memenuhi target, merasa tidak puas dengan hasil kerja yang dilakukan, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.

“Munculnya masalah kecemasan dan depresi saat lembur disebabkan oleh berkurangnya waktu yang digunakan untuk beristirahat, melakukan perawatan diri, tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan hobi dan liburan bersama orang-orang terdekat,”imbuhnya lagi.

Oleh sebab itu diperlukan keseimbangan antara kehidupan bekerja dan kehidupan pribadi, selain itu perlu juga membuat batasan yang jelas kapan waktu bekerja dan kapan waktu berlibur.

“Menikmati hobi, menjaga kesehatan, mengkonsumsi makanan sehat, aktivitas fisik yang cukup sehingga kesehatan mental dapat terjaga,”pungkas Uswatun.