Ilustrasi gambar (inews.id lifestyle)
Tren vaping saat ini sedang marak terjadi. Pengguna vape ternyata bukan hanya ditemukan pada kaum laki-laki saja, namun juga marak digunakan oleh kaum perempuan, baik remaja maupun ibu rumah tangga. Awal kemunculannya vape dikenalkan sebagai produk yang ramah terhadap kesehatan. Sehingga hal tersebut membuat banyak para perokok konvensional, kemudian beralih menggunakan vape.
Vella Rohmayani Dosen Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Program Sarjana Terapan UM Surabaya menyebut, maraknya tren vaping ternyata berdampak pada terjadinya kenaikan jumlah perokok di Indonesia.
“Padahal baik rokok konvensional maupun vape sebenarnya sama-sama memiliki komponen yang berbahaya bagi kesehatan. Pada rokok tembakau konvensional ditemukan kandungan karbonmonoksida, tar dan nikotin. Sedangkan pada vape memiliki beberapa komponen yaitu propylene, glycol, perasa, air dan nikotin,”ujar Vella Senin (13/2/23)
Menurut WHO (2010) orang yang rutin mengkonsumsi vape mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena kanker. Selain dapat memicu terjadinya penyakit kanker, seseorang yang mengkonsumsi vape juga memiliki risiko terkena beberapa masalah kesehatan lainnya.
“Yakni terjadi masalah kesuburan baik pada laki-laki maupun perempuan, masalah kecanduan dan keracunan, penyakit gagal ginjal, peningkatan risiko penyakit para-paru dan penyakit jantung,”imbuh Vella lagi.
Menurutnya, pilihan menggunakan vape untuk terapi atau berhenti dari kebiasaan merokok, bukan menjadi pilihan yang tepat bagi kesehatan. Mengingat vape juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi tubuh sama halnya pada rokok konvensional.
“Oleh sebab itu, jika ingin hidup sehat, maka berhenti mengkonsumsi semua produk olahan berbahan tembakau merupakan pilihan yang paling tepat. Karena rokok konvensional maupun vape sama-sama dapat memicu berbagai penyakit yang dapat membahayakan kesehatan,”pungkas Vella yang juga Anggota Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) UM Surabaya.
(0) Komentar