Dosen UM Surabaya Paparkan Bahaya Terlalu Sering Konsumsi Makanan dengan Pembungkus Plastik

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Dosen UM Surabaya Paparkan Bahaya Terlalu Sering Konsumsi Makanan dengan Pembungkus Plastik
Gambar Artikel Dosen UM Surabaya Paparkan Bahaya Terlalu Sering Konsumsi Makanan dengan Pembungkus Plastik
  • 17 Okt
  • 2022

Ilustrasi gambar (Shutterstock)

Dosen UM Surabaya Paparkan Bahaya Terlalu Sering Konsumsi Makanan dengan Pembungkus Plastik

Plastik adalah suatu produk kimia bahan polimer sintetis yang mudah didapat murah dan praktis dalam penggunaannya. Ketergantungan terhadap plastik semakin tinggi, namun bahayanya kurang disadari oleh masyarakat.

Dosen Teknologi Laboratorium Medik (TLM) UM Surabaya Baterun Kunsah menjelaskan cara mudah untuk menghindari bahaya plastik, yaitu dengan membedakan antara plastik untuk kemasan makanan dan untuk keperluan lainnya. Karena karakteristik peruntukannya, maka bahan baku dan proses pembuatannya pun berbeda.

Ia menyebut dari beberapa penelitian diketahui ada beberapa jenis plastik yang diduga dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Botol atau kemasan plastik yang biasa digunakan sehari – hari terbagi menjadi 7 jenis plastik yang diatur secara internasional di negara manapun menggunakan kode dan simbol yang sama. Kode tersebut dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat dan diadopsi oleh Lembaga-lembaga pengembangan system kode seperti ISO  (International  Organization for Standardization).

Pertama Plastik PET atau PETE (Polyethylene Terephthalate) berwarna  jernih transparan tembus pandang seperti botol air  mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya.

“Botol jenis ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Pemakaian berulang menyebabkan lapisan polimernya akan terurai dan dapat bersifat karsinogenik jika terakumulasi dalam tubuh,”tutur Kunsah Senin (17/10/22)

Kedua jenis (low density polyethylene), yaitu tipe plastik coklat (thermoplastic) yang dibuat dari minyak bumi. Plastik ini biasanya dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan dan botol yang lembek. Sifatnya kuat, agak tembus cahaya, fleksibel, permukaan agak berlemak. Plastik ini dapat didaur ulang, sulit dihancurkan tetapi tetap aman untuk makanan  karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan  makanan yang  dikemas.

Ketiga jenis PS (Polystyrene) yang biasanya dipakai tempat makanan Styrofoam, tempat minum sekali pakai, karton telur, peralatan dapur plastik, bahan compact disc, tempat video dan lain sebagainya.

Kunsah menyebut jenis PS merupakan  polimer aromatik yang dapat mengeluarkan  bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan ini harus dihindari, karena berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu  hormone estrogen pada wanita yang berakibat  pada masalah reproduksi, sistem saraf.

“Jenis ini juga sulit didaur ulang. Bila didaur ulang bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama. Plastik ini jika dibakar akan mengeluarkan api berwarna kuning jingga dan meninggalkan jelaga,”imbuhnya lagi.

Keempat jenis other (Polycarbonate). Plastik dengan kode angka 7 terdiri atas 4 jenis yaitu : SAN (Styrene Acrylonitrile), ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene), PC (Polycarbonate), dan Nylon. Plastik ini dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, galon air minum, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastic kemasan.

Kunsah menegaskan plastik jenis SAN dan ABS memiliki  resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan temperatur udara. Plastik jenis SAN biasanya terdapat pada mangkok mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi.

Plastik dengan jenis SAN merupakan salah satu  bahan  plastik yang baik untuk digunakan dalam kemasan makanan atau minuman.  Sedangkan plastik jenis ABS biasa digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. Sedangkan plastik PC dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita, kaleng kemasan makanan dan minuman.  

“Ironisnya, botol susu bayi yang terbuat dari plastic PC ini. Apabila dipanaskan  dapat mengeluarkan bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang dapat merusak sistem hormon dan mengubah imunitas,”tegasnya.

Menurut Kunsah untuk menjaga kesehatan ia mengajak masyarakat untuk meminimalisir penggunaan plastik, misalnya kalau ingin membeli bakso atau makanan lain, pakailah rantang/wadah dari bahan non-plastik seperti masa dulu.

“Terakhir, bila ingin memanaskan makanan denga oven microwave, gunakanlah wadah dari gelas.  Bila ingin memilih plastik lemas  untuk penutup makanan, pilihlah yang dilabelnya tertera polietilen,”tutup Kunsah.