Dosen UM Surabaya Paparkan 5 Penyakit Akibat Kurang Gerak

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Dosen UM Surabaya Paparkan 5 Penyakit Akibat Kurang Gerak
Gambar Artikel Dosen UM Surabaya Paparkan 5 Penyakit Akibat Kurang Gerak
  • 22 Mei
  • 2023

Ilustrasi gambar (I-Stockphoto)

Dosen UM Surabaya Paparkan 5 Penyakit Akibat Kurang Gerak

Kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa empat dari tiap lima remaja di dunia kurang melakukan aktivitas fisik, atau sekitar 81% remaja dan 27,5% orang dewasa. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masyarakat ketergantungan pada alat teknologi untuk membantu hampir seluruh dari aktivitas mereka. Dan sebagian besar remaja menghabiskan waktu bermain gadget.

Kurang gerak belakangan ini lebih populer dengan kata rebahan. Rebahan yang terlalu lama membuat metabolisme dalam tubuh menjadi lambat, sehingga tubuh kurang bertenaga, akibatnya tubuh pun menjadi makin malas berpikir dan beraktivitas.

Firman Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menjelaskan, berdasarkan data Nasional Sport Development Index (SDI) tahun 2021, bahwa dari total populasi masyarakat Indonesia yang masuk kategori tidak bugar mencapai 76%, dan masyarakat yang dikategorikan memiliki kondisi sangat bugar atau prima hanya 5,86%.

Menurutnya, dari data tersebut menunjukkan adanya keterkaitan bahwa jika aktivitas fisik yang dilakukan oleh masyarakat itu rendah, maka tingkat kebugaran fisik juga akan rendah. Selain itu karena kebugaran fisik yang rendah juga bisa membuat tubuh menjadi lebih gampang mengalami kecemasan, stress hingga depresi.

Firman juga mengatakan, banyak penelitian menjelaskan bahwa ketika tubuh kurang gerak atau kurang melakukan aktivitas fisik, maka bisa mengalami risiko penyakit tidak menular lebih tinggi ketimbang mereka yang sering melakukan aktivitas fisik. Dari total jumlah kematian di Indonesia 71% akibat penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, ginjal, hipertensi dan diabets.

“Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat kurang melakukan aktivitas fisik, diantaranya yang pertama obesitas, sebab ketika tubuh kurang gerak maka sirkulasi darah dalam tubuh menjadi tidak lancar, kemudian metabolisme dalam tubuh menjadi lambat, akhirnya energi yang dihasilkan oleh tubuh juga rendah,”ujar Firman Senin (22/5/23)

Ia menyebut, akibatnya mekanisme dalam tubuh memberikan stimulus melalui hipotalamus untuk mengkonsumsi makanan lebih banyak dari biasanya, pada saat yang sama hormon leptin dan ghrelin berperan menimbulkan rasa lapar dan melebarkan lambung supaya bisa menampung makanan lebih banyak, sehingga dari sini bisa terjadi penimbunan lemak dalam tubuh, dan bila terjadi terus menerus bisa menyebabkan obesitas.

Kedua, penyakit hipertensi atau darah tinggi, akibat rendanya aktivitas fisik pada masyarakat Indonesia saat ini kasus hipertensi makin meningkat, menurut dara Riskesdas tahun 2018, kasus hipertensi meningkat sebanyak 34%, dibandingkan kasus sebelumnya pada tahun 2013 yaitu sebanyak 14,5%.

“Penyakit hipertensi di kalangan akademisi dan klinisi disebut sebagai silent disease, karena darah tinggi menjadi salah satu penyebab utama terjadinya stroke dan serangan jantung. Namun sebetulnya sepertiga dari kasus hipertensi bisa dicegah dengan cara meningkatkan aktivitas fisik,”imbuh Firman lagi.

Ketiga penyakit jantung, ketika aktivitas fisik rendah maka metabolisme lemak menghasilkan LDL (kolesterol jahat) akan meningkat, sehingga terjadi penumpukan lemak darah ke dinding pembuluh darah secara masif, akibatnya menimbulkan kerusakan sehingga bisa berisiko tinggi terjadiya serangan jantung.

Keempat adalah penyakit diabetes melitus atau kencing manis. Asupan makanan yang dikonsumsi tidak diolah oleh tubuh dengan baik menjadi energi karena kurang ativitas fisik, akibatnya terjadi penumpukan lemak dalam tubuh, ketika jumlah lemak tinggi bisa menyebabkan resistensi terhadap insulin dan tidak berfungsi dengan baik, akibatnya terjadi peningkatan gula dalam darah.

Kelima penyakit osteoatritis atau nyeri sendi. Osteoatritis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang sering dialami pada usia lebih dari 50 tahun. Nyeri sendi bisa disebabkan karena kerusakan struktur sendi, kelemahan otot dan tendon, dan sendi yang paling sering mengalami nyeri adalah sendi lutut, panggul dan tulang belakang.

“Padahal bila dengan melakukan aktivitas rutin dapat menjaga kekuatan otot dan tulang, sehingga bisa mencegah nyeri sendi,”imbuh dia lagi.