Dosen UM Surabaya Paparkan 5 Cara Penanganan Dini Cegah Hipertensi

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Dosen UM Surabaya Paparkan 5 Cara Penanganan Dini Cegah Hipertensi
Gambar Artikel Dosen UM Surabaya Paparkan 5 Cara Penanganan Dini Cegah Hipertensi
  • 19 Mei
  • 2022

Ilustrasi gambar (Pinterest)

Dosen UM Surabaya Paparkan 5 Cara Penanganan Dini Cegah Hipertensi

Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran darah dapat mempertahankan proses pertukaran zat di jaringan tubuh.

Ira Purnamasari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) membagikan tips lima cara penanganan dini hipertensi. Ira menjelaskan hipertensi menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang mengakibatkan makin tingginya tekanan darah seseorang. Oleh sebab itu, penanganan dini pada hipertensi sangatlah penting guna mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh yakni pada jantung, ginjal, dan otak.

“Beberapa literatur menjelaskan bahwa hipertensi berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler,”jelas Ira Kamis (19/5/22)

Menurutnya hipertensi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Beberapa gejala bisa muncul sebagai tanda bahwa sistem tubuh lainnya telah terpengaruh oleh hipertensi.

“Biasanya ditandai seperti sakit kepala, vertigo, napas pendek, nyeri angina atau nyeri dada yang disebabkan ketika otot jantung tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen, perdarahan pada hidung (epistaksis), perubahan ketajaman penglihatan, dan BAK berlebih pada malam hari (nokturia),”jelas Ira lagi dalam keterangan tertulis.

Selanjutnya ia menjelaskan beberapa cara modifikasi gaya hidup sebagai penanganan dini pada hipertensi yakni yang pertama adalah menurunkan berat badan.

Naik atau turunnya berat badan seseorang tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi dan jumlah kalori yang dibakar oleh tubuh saat beraktivitas. Asupan kalori berlebihan yang tidak disertai dengan aktivitas fisik dapat membuat berat badan naik, hal ini dikarenakan kalori yang tidak terpakai akan disimpan dalam tubuh sebagai lemak.

“Seseorang yag memiliki berat badan berlebih atau obesitas dianjurkan untuk menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal. Dikarenakan memiliki risiko yang lebih tinggi dalam pembentukan plak hingga mempersempit pembuluh darah. Kondisi ini akan membuat jantung harus bekerja lebih keras dan mengakibatkan hipertensi,”imbuhnya.

Cara selanjutnya adalah olahraga atau latihan meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi (HDL). Melakukan olahraga yang teratur khususnya berjalan kaki, jogging, bersepeda, berenang dan senam dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5–10 mmHg. Olahraga dapat dilakukan selama 30-60 menit sebanyak 3-5 kali dalam seminggu. Olahraga membantu meningkatkan kadar HDL atau kolesterol baik dalam darah. Kadar HDL yang lebih tinggi berhubungan dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah.

“Olahraga bagi pengidap hipertensi juga berfungsi untuk meningkatkan detak jantung dan pernapasan. Sehingga secara efisien dapat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah dalam tubuh. Rutin melakukan olahraga juga dapat mencegah hipertensi semakin parah,”katanya.

Lebih lanjut lagi, Ira menjelaskan seseorang penting untuk mengurangi stress. Pada saat seseorang mengalami stres, hormon adrenalin akan dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi pembuluh darah arteri (vasokontriksi) dan peningkatan denyut jantung. Apabila stres berlanjut, tekanan darah akan tetap tinggi sehingga orang tersebut akan mengalami hipertensi. Selain hormon adrenalin, hormon kortisol juga meningkat. Akibatnya tubuh akan menyimpan banyak lemak, memicu peningkatan berat badan hingga menyebabkan hipertensi.

“Penderita hipertensi dapat mengendalikan stres dengan beberapa cara yakni teknik relaksasi, meditasi, yoga, atau kegiatan lain yang disukai. Menurut literatur menjelaskan bahwa teknik tersebut dapat mengurangi produksi hormon kortisol dalam tubuh,”imbuhnya.