Ilustrasi gambar (freepik)
Musim kemarau atau sering disebut musim kering ditandai dengan peningkatan suhu menjadi lebih panas. Bulan September diprediksi sebagai periode puncak musim kemarau. Cuaca ekstrem pada musim kemarau menyebabkan munculnya beberapa penyakit penyerta. Hal tersebut disampikan oleh Ira Purnamasari Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya.
Menurut Ira, penyakit yang pertama adalah ISPA. Infeksi saluran pernapasan akut yang biasanya disebabkan oleh virus bisa juga disebabkan oleh bakteri. Biasanya menyerang hidung dan tenggorokan dan menimbulkan gejala seperti batuk, pilek, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, dan biasanya tidak membutuhkan perawatan medis.
“Selain itu, cuaca panas mendorong seseorang untuk mengkonsumsi es berlebih sehingga berisiko mengalami sakit tenggorokan. Cuaca ekstrem juga membuat sistem imun tubuh cenderung menurun,”ujar Ira Rabu (6/9/23)
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya ISPA adalah mengkonsumsi makanan yang bergizi, rajin berolahraga, istirahat yang cukup, mengkonsumsi air putih minimal 2 liter/hari, menjaga kebersihan lingkungan sekitar, rajin mencuci tangan, hindari orang yang sedang batuk pilek, dan gunakan masker jika berada di tempat yang berdebu.
Kedua adalah diare. Diare juga menjadi penyakit yang biasanya menyerang di musim kemarau. Udara yang semakin kering, debu yang meningkat, terkontaminasinya air dengan bakteri e.coli, serta banyaknya lalat menyebabkan lingkungan menjadi tidak sehat.
Diare merupakan gangguan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan buang air besar dengan konsistensi tinja encer secara terus menerus. Pada musim kemarau kondisi air berbeda dengan musim hujan. Pada musim hujan, air lebih banyak dan mengalir, sedangkan pada musim kemarau, ketersediaan air menurun, air tidak mengalir dan konsentrasi kuman lebih meningkat.
Sumber air orang Indonesia untuk kebutuhan sehari-hari kebanyakan adalah air sungai. Dengan meningkatnya konsentrasi kuman pada air maka semakin tinggi pula paparan kuman ke tubuh. Hal ini menyebabkan kejadian diare menjadi lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan.
“Sama seperti ISPA, pencegahan diare juga dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan, mengkonsumsi air minum yang berkualitas, rajin mencuci tangan, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,”imbuhnya lagi.
Ketiga, Dema Berdarah Dengue (DBD). Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mual muntah, hingga munculnya ruam merah pada kulit.
Berkurangnya curah hujan pada musim kemarau menyebabkan tempat-tempat yang terdapat genangan air tidak tersapu oleh air hujan sehingga tempat tersebut menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Beberapa penelitian juga menjelaskan bahwa pada musim kemarau, nyamuk Aedes aegypti menjadi lebih ganas dikarenakan suhu yang meningkat.
Langkah yang dapat diambil sebagai pencegahan DBD yakni dengan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M Plus: menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.
Selain 3M di atas, tambahan pada poin Plus adalah menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk seperti lavender, bunga bawang, serai wangi, geranium, dan rosemary. Memeriksa tempat-tempat yang digunakan sebagai penampungan air. Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan mas, ikan koi, ikan guppy.
“Menggunakan obat anti nyamuk. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi yang ada di rumah. Melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan sekitar. Meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup. Memberikan larvasida pada penampungan air yang sulit untuk dikuras. Serta memperbaiki saluran air yang tidak lancar,”pungkas Ira.
(0) Komentar