Ilustrasi gambar (freepik)
Setiap orang tua pasti menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anaknya hingga jenjang Perguruan Tinggi. Biaya Pendidikan di Indonesia semakin tahun cenderung mahal. Salah satunya karena faktor inflasi sekitar 15-20% per tahun. Sehingga tidak salah jika faktor utama yang menyebabkan naiknya angka putus sekolah di Indonesia salah satunya adalah faktor ekonomi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa angka putus sekolah di Indonesia meningkat pada tahun 2022 yang terjadi merata di seluruh jenjang Pendidikan. Dengan rincian angka putus sekolah di jenjang SMA mencapai 1,38%, jenjang SMP tercatat 1,06%, jenjang SD 0,13%. Dari ketiga jenjang Pendidikan tersebut tercatat kenaikan angka putus sekolah terbesar di jenjang SMA sebesar 0,26%. Artinya, persentase angka putus sekolah jejang perguruan tinggi sangat mungkin jauh lebih tinggi.
Arin Setyowati Dosen Perbankan Syariah UM Surabaya menyebut, orangtua yang memiliki gaji pas-pasan perlu melakukan perencanaan matang supaya bisa memfasilitasi anaknya mengenyam Pendidikan di Perguruan Tinggi.
Berikut beberapa tips menyiapkan modal kuliah anak khususnya bagi pekerja yang bergaji di bawah 5 juta;
Pertama, menggali informasi tentang biaya kuliah beberapa kampus yang akan dituju. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan standart ideal layanan, kualitas dan kekuatan finansial orangtua untuk pendidikan anaknya. Dari beberapa alternatif perguruan tinggi dengan biaya Pendidikan tertentu pada tahun saat melakukan riset informasi dapat menjadi pijakan untuk mengkalkulasi perkiraan biaya kuliah saat si anak masuk usia Pendidikan perguruan tinggi.
Kedua, menyusun rancangan biaya kuliah anak. Setelah melakukan riset informasi, selanjutnya adalah menyusun rancangan biaya kuliah yang akan dibutuhkan dalam kurun waktu yang sesuai dengan usia anak.
“Misalnya dana pendidikan dan pembangunan hingga lulus di program studi X sebuah universitas sebesar Rp100 juta. Kemudian estimasi inflasi pendidikan sekitar 3 persen per tahun dan anak akan kuliah 17 tahun lagi, maka dana yang dibutuhkan sekitar Rp165 juta,”ujar Arin Rabu (5/7/23)
Artinya, orangtua memiliki waktu kurang lebih 17 tahun, maka sebaiknya menabung sejumlah Rp 9,7 juta per tahun, atau sekitar Rp 880 ribu per bulan. Sehingga, dari angka tersebut dapat memudahkan penyusunan rancangan biaya kuliah anak yang bisa disiapkan.
Ketiga, mengalokasikan dan menyisihkan dana khusus untuk pendidikan anak sejak dini. Langkah selanjutnya adalah memprioritaskan alokasi gaji setiap bulan. Supaya pos tabungan biaya kuliah tidak mengganggu alokasi biaya kebutuhan pokok, dana darurat, dana pensiun, dan pos pengeluaran lainnya.
“Caranya tentu konsisten menentukan berapa persen khusus untuk pos biaya kuliah anak, mulai 10% hingga 20% dari gaji bulanan bisa dialokasikan untuk pos rancangan biaya kuliah anak per bulan. Misal, jika gaji perbulannya 5 juta rupiah, maka sekitar 500 ribu hingga 1 juta rupiah yang disisihkan untuk pos rancangan biaya kuliah anak,”imbuhnya lagi.
Jika angka tersebut dirasa kurang, maka perlu mengatur ulang alokasi dana sembari mengoptimalkan sumber pemasukan lainnya.
Keempat, memilih instrument investasi yang tepat dan aman. Selain menyediakan pos anggaran khusus tabungan dana pendidikan anak dari gaji bulanan, orang tua juga bisa memanfaatkan instrument investasi yang dapat dipilih sesuai jangka waktu dan karakter investasi yang dibutuhkan. Disesuaikan dengan perhitungan potensi keuntungan, risiko dan legalitas produk investasi yang akan dipilih. Maka diperlukan kecermatan dalam menentukan produk investasi yang akan digunakan.
Untuk investasi dana Pendidikan anak, maka sebaiknya memilih instrument yang low risk dengan potensi middle return dan tingkat keterjaminan dana investasinya aman, misalnya menggunakan instrument reksadana.
Kelima, menyiapkan proteksi. Menyiapkan proteksi biaya kuliah anak ditujukan agar apabila terjadi risiko kehidupan seperti orang tua sakit atau meninggal dunia (yang tidak terduga), maka dana pendidikan yang sudah disiapkan masih tetap tersedia dan dapat diakses untuk membiayai Pendidikan anak. Adapun bentuk proteksi di sini bisa disiapkan salah satunya bisa melalui asuransi pendidikan yang berbasis asuransi jiwa.
Keenam, fokus menabung dan evaluasi keuangan secara berkala. Dalam perjalanan keuangan rumah tangga tentu tidak selalu sehat dan baik-baik saja.
“Maka diperlukan komitmen kuat dan konsistensi orang tua supaya senantiasa fokus dalam mengalokasikan sebagian gaji bulanan untuk pos pendidikan anak,”pungkas Arin.
(0) Komentar