Ilustrasi gambar (freepik)
Berpikir adalah bagian dari pengalaman hidup manusia, namun kebiasaan berpikir berlebihan terkait suatu hal yang tidak produktif (overthinking) dapat menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam diri seseorang. Overthinking yang sangat sering muncul dapat menjadi sinyal awal yang menunjukkan bahwa seseorang sedang dalam kondisi cemas atau khawatir.
Uswatun Hasanah Dosen Keperawatan Jiwa UM Surabaya menjelaskan pada dasarnya overthinking merupakan alarm yang merupakan mekanisme perlindungan diri otomatis, yang muncul pada saat individu berada pada situasi tertentu yang berfokus pada masalah nyata seperti kesehatan, keuangan, jodoh, pekerjaan dll.
Tidak ada yang salah saat seseorang berpikir terkait hal tersebut dan mengingikan yang terbaik untuk dirnya, namun hal tersebut akan menjadi tidak baik ketika hanya terus dipikirkan secara tidak produktif tanpa mengambil langkah pasti dan memunculkan kecemasan berlebih.
“Meskipun berpikir berlebihan atau overthinking bukan merupakan gangguan mental, namun sering overthinking juga dapat menyebabkan stress berkepanjangan yang akhirnya dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan mempengaruhi kesejahteraan seseorang,”tutur Uswatun Kamis (25/8/22)
Menurut penjelasannya dalam penelitian Thomas Ehring, 2021 menyatakan bahwa memikirkan pikiran yang sama secara berulang dapat meningkatkan risiko individu mengalami kondisi kesehatan mental tertentu. Overthinking karena kecemasan masih dapat dikontrol dan dihentikan sendiri oleh individu.
Menurut Uswatun hal pertama yang harus dilakukan tentu saja seseorang harus mampu mengenali situasi yang menyebabkan overthinking muncul dan gejalanya, mengenal dan menyadari munculnya masalah adalah kunci utama, sehingga saat situasi yang sama kembali terjadi kita akan terhindar dari overthinking dan dapat merespons secara tepat dan adaptif.
“Selanjutnya jika situasi tidak terhindarkan dan menyebabkan kita overthinking segera lakukan teknik distraksi dengan melakukan/melibatkan diri dalam aktivitas atau hobi yang menyenangkan, hal ini efektif untuk mengalihkan pikiran berlebih,”imbuhnya lagi.
Ia menjelaskan teknik relaksasi napas dalam juga dapat diterapkan untuk mengontrol overthinking dan membuat perasaan menjadi nyaman. Teknik relaksasi cukup sederhana dan tidak butuh waktu yang lama untuk dilakukan, seseorang hanya cukup mencari lokasi yang nyaman, rileks kan seluruh anggota tubuh, letakkan tangan pada perut lalu bernapas secara teratur secara perlahan.
“Tarik napas melalui hidung tahan selama 3 detik kemudian tiupkan melalui mulut, rasakan perut dan dada bergerak secara perlahan sembari memikirkan hal-hal yang menyenangkan. Latihan ini dapat diulangi 3 kali dalam sehari selama 5 menit saat pikiran menganggu muncul,”jelasnya.
Terakhir cobalah memutus pikiran otomatis negatif dengan teknik penghentian pikiran (thought stopping). Thought Stopping merupakan strategi memblokir pikiran yang mengganggu atau tidak diinginkan dan menggantinya dengan pikiran yang lebih adaptif.
Salah satu langkah thought stopping yang dapat dilakukan yaitu pertama cari lokasi yang nyaman, rilekskan diri, mulai denga relaksasi nafas dalam, kemudian atur timer (1-2 menit) untuk memikirkan hal-hal yang mengganggu, setelah alarm berbunyi, katakan pada diri sendiri, “berhenti” dan segera mengarahkan pikiran ke sesuatu yang lain yang lebih positif/adaptif sambil kembali melakukan relaksasi napas dalam.
“Jika beberapa cara di atas tidak dapat mengurangi overthinking atau jika pikiran berlebih mulai memunculkan gejala stress atau perubahan perilaku menjadi negatif, ada baiknya mempertimbangkan untuk menemui professional kesehatan mental agar mendapatkan penanganan yang lebih optimal,”tutup Uswatun.
(0) Komentar