Ilustrasi gambar (Shutterstock)
Bulan Ramadan merupakan bulan suci bagi umat Islam dimana ada kewajiban untuk berpuasa. Tentunya semua umat Islam ingin melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan sehat. Tetapi, ibadah berpuasa memiliki risiko bagi sebagian orang termasuk penderita Diabetes Melitus (DM). Dibutuhkan persiapan khusus terutama untuk para penderita diabetes supaya tetap sehat saat berpuasa.
Yelvi Levani Dosen Fakultas Kedokteran (FK) UM Surabaya menjelaskan Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme tubuh akibat gangguan fungsi hormon insulin.
“ Saat berpuasa, terjadi perubahan pola makan, pola tidur, perubahan hormon, keseimbangan cairan dan perubahan kadar gula darah. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap kondisi pasien diabetes,”tutur Yelvi Rabu (13/4/22)
Kekurangan waktu tidur di Bulan Ramadan, dapat menyebabkan penurunan toleransi gula darah dan risiko peningkatan berat badan pada pasien diabetes.
Beberapa faktor risiko yang mengintai penderita diabetes saat berpuasa diantaranya adalah hipoglikemia (penurunan gula darah dalam tubuh), hiperglikemia (peningkatan gula darah dalam tubuh), dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) dan ketoasidosis diabetes. Ketoasidosis diabetes merupakan kondisi darurat pada penderita diabetes yang ditandai dengan tingginya kadar keton di dalam darah.
Sebelum berpuasa, penderita diabetes disarankan melakukan pemeriksaan ke dokter untuk dilakukan penilaian derajat risiko untuk berpuasa. Bagi penderita diabetes dengan risiko tinggi, tidak disarankan untuk berpuasa. Sedangkan bagi penderita diabetes dengan risiko rendah dan sedang, boleh melakukan ibadah puasa dengan pengawasan dokter.
“Saat melakukan ibadah puasa, penderita diabetes disarankan untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara mandiri untuk membantu mengenali dan mencegah kejadian hipoglikemia dan hiperglikemia saat berpuasa Ramadan. Pemeriksaan kadar gula darah secara mandiri tentunya tidak membatalkan puasa,”imbuhnya lagi.
Menurut Yelvi sebagai seorang dokter penderita diabetes yang berpuasa harus mengenali tanda-tanda bahaya kapan mereka harus membatalkan puasa. Tanda- tanda tersebut diantaranya adalah gemetaran, berkeringat atau menggigil, berdebar-debar, pusing sakit kepala, dan kebingungan. Tanda-tanda tersebut merupakan tanda hipoglikemia yang bisa berbahaya bila dibiarkan.
“Beberapa hal yang dapat diperhatikan oleh penderita diabetes saat berpuasa Ramadan adalah hindari konsumsi makanan berlebihan saat berbuka puasa, hindari konsumsi makanan manis dan gorengan terlalu banyak, selalu makan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa, konsumsi karbohidrat tinggi serat, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang saat sahur dan berbuka, serta berbuka puasa dengan mengkonsumsi air putih yang banyak dan kurma untuk membantu meningkatkan kadar gula darah,”urainya.
Beberapa makanan yang dianjurkan dikonsumsi oleh penderita diabetes saat sahur maupun berbuka diantaranya adalah gandum, beras merah, sayuran, ikan-ikanan, ayam tanpa kulit, susu, dan kacang-kacangan. Sedangkan beberapa makanan yang sebaiknya dihindari diantaranya adalah daging merah, makanan cepat saji, kue, karbohidrat sederhana, kentang putih, roti putih dan makanan yang tinggi gula.
“Selain memperhatikan makanan, penderita diabetes juga disarankan untuk cukup tidur dan hindari melakukan aktivitas fisik yang berat, terlebih lagi saat mendekati waktu berbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadi hipoglikemia dan dehidrasi pada penderita diabetes yang berpuasa. Dengan memperhatikan strategi di atas, penderita diabetes tetap dapat melakukan ibadah puasa dengan baik,”pungkasnya.
(0) Komentar