Ilustrasi gambar (Shutterstock)
Setiap individu memiliki stressor masing-masing saat menjalankan profesinya, sehingga pada momen tertentu munculnya gejala stress tidak terhindarkan. Hal ini tentunya juga rentan dialami oleh guru. Artikel The Hill yang terbit pada Juni 2022 menunjukkan bahwa guru AS mengalami stres kerja dua kali lipat dari stress tenaga kerja umum. Meskipun angka kejadian di Indonesia belum pernah dilaporkan, bukan berarti guru tidak berisiko mengalami stress selama melaksanakan tugasnya.
Uswatun Khasanah Dosen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menyebut, meskipun tidak semua stressor dapat dihindari atau dihilangkan, namun para guru perlu mempelajari dan membiasakan diri melakukan beberapa strategi sehingga tidak mudah stress selama bekerja.
Pertama adalah identifikasi, sebagai seorang guru yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami stress akibat rutinitas kerja sehari-hari, penting bagi guru untuk mencoba mengidentifikasi kembali berbagai situasi yang berisiko tinggi menyebabkan stress.
“Identifikasi dapat dilakukan dengan mengingat kembali situasi saat seseorang memulai hari sampai dengan mengakhiri hari. Seseorang dapat mencatat situasi-situasi khusus yang menjadi stressor utama untuk selanjutnya mencari strategi penyelesaiannya, terutama dengan tidak kembali terjebak dalam stressor yang sama,”ujar Uswatun Sabtu (25/2/23)
Kedua, melakukan perubahan. Hal-hal yang berhasil teridentifikasi sebagai stressor dapat diubah dengan menggunakan strategi sistem manajemen seperti work-life balance, guru perlu menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan, kehidupan pribadi dan tanggung jawab lainnya, hal ini bisa dimulai dengan membagi waktu dengan tepat.
“Menyediakan waktu untuk merespons stress yang dirasakan dapat merubah suasana hati. Melakukan perubahan metode belajar mengajar menjadi lebih seru dan menyenangkan, sehingga secara tidak langsung mengurangi resposn terhadap stress,”imbuh Uswatun lagi.
Ketiga, fokus pada hal yang dapat dikontrol. Seseorang penting untuk membuat daftar yang dapat dikendalikan maupun yang tidak. Ada baiknya berfokus pada hal-hal atau pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan pasti, mencapai ekspektasi yang realistis.
Keempat, saling memberikan dukungan. Para guru dapat saling berbagi kisah dan juga berbagi strategi cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi, sehingga masing-masing orang akan memiliki banyak strategi jika berada dalam situasi yang serupa.
“Ini merupakan bentuk peer support sederhana yang cukup efektif untuk mencegah atau bahkan mengurangis stress yang dialami,”katanya.
Terakhir, latihan managemen stress. Guru dengan beban kerja berlebih akan memiliki risiko tinggi mengalami stress, sehingga perlu membekali diri dengan beberapa teknik managemen stress seperti istirahat dan tidur yang cukup, makan makanan bergizi, meluangkan waktu untuk berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya, latihan relaksasi napas dalam, latihan meditasi, yoga maupun taichi.
“Hal-hal tersebut efektif membuat tubuh memproduksi hormon kebahagiaan sehingga stress berkurang,”pungkas Uswatun.
(0) Komentar