Dosen FK UM Surabaya Minta Masyarakat Tak Anggap Remeh Omicron

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Dosen FK UM Surabaya Minta Masyarakat Tak Anggap Remeh Omicron
Gambar Artikel Dosen FK UM Surabaya Minta Masyarakat Tak Anggap Remeh Omicron
  • 07 Feb
  • 2022

Ilustrasi gambar (Shutterstock)

Dosen FK UM Surabaya Minta Masyarakat Tak Anggap Remeh Omicron

Setelah varian Delta yang menyebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia, saat ini terdapat varian baru dari Covid-19 yaitu varian B.1.1.529 yang disebut Omicron. Varian ini memiliki setidaknya 30 subtitusi atau perubahan asam amino, tiga delegasi dan satu insersi kecil. Mutasi pada varian ini dapat mempengaruhi tes diagnostic (target gen S) dengan daya penularan yang lebih cepat, dan daya netralisasi antibody yang menurun.

Mohammad Subkhan Pakar Kesehatan UM Surabaya sekaligus dosen spesialis paru Fakultas Kedokteran (FK) menyebutkan bahwa studi epidemiologis varian omicron dengan cepat menggantikan varian Delta sebagai varian yang mendominasi di suatu negara. Sebuah studi dari University of Hongkong oleh Chi-Wai dkk.

“Varian Omicron memiliki kemampuan bereplikasi sebesar 70 kali lipat lebih cepat pada sel saluran napas dibandingkan varian Delta. Varian ini harus diwaspadai karena memiliki jumlah mutasi yang tinggi, termasuk pada protein spike, dan berpotensi memiliki kemampuan dalam menghindari sistem imun yang lebih baik dan tingkat penularan yang lebih cepat dibandingkan varian sebelumnya,”tutur Subkhan Senin (7/2/22).

Subkhan menegaskan ada tiga hal penting yang perlu ditelaah lebih lanjut mengenai varian Omicron yaitu laju penularan, tingkat keparahan yang ditimbulkan, tata laksana dan efektivitas vaksin. Selain replikasi yang lebih cepat pada sel saluran napas, studi oleh Chi-Wai dkk juga menunjukkan bahwa varian Omicron bereplikasi 10 kali lebih lambat disbanding varian Delta pada sel parenkim paru.

“Hal ini mungkin mencerminkan tingkat keparahan Covid-19 akibat varian Omicron yang lebih dibandingkan varian Delta. Meskipun demikian perlu diingat bahwa tingkat keparahan Covid-19 tidak hanya ditentukan oleh laju replikasi virus, namun juga faktor lain misalnya respon imun host,”imbuh Subkhan dalam keterangan tertulis.

Lebih lanjut lagi ia menjelaskan diagnosis Covid-19 dengan RT PCR digunakan untuk diagnosis primer. Adapun untuk mendeteksi varian Omicron menggunakan RTPCR-SGTF dan Whole Genome Sequensing yang merupakan gold standar.

“Rapid antigen dilaporkan masih dapat digunakan. Penanganan pasien dengan varian Omicron tidak banyak berbeda dengan varian sebelumnya meliputi perawatan di ruang isolasi, pemberian medikamentosa berupa vitamin, anti oksidan, anti virus, simtomatis sesuai gejala, dan perawatan intensif sesuai derajat keparahan,”paparnya.

Di akhir keterangannya ia menegaskan varian yang sangat menular seperti Omicron, meski menyebabkan penyakit yang lebih ringan, dan tidak banyak kasus yang membutuhkan ventilator atau perawatan intensif, namun dengan banyaknya kasus yang terjadi akan beresiko memicu kegagalan sistem perawatan kesehatan. WHO juga menekankan bahwa mortalitas pada Covid-19 juga ditentukan oleh kemampuan fasilitas kesehatan dalam menangani Covid-19. Mortalitas akibat varian Omicron tetap berpotensi tinggi jika jumlah pasien Covid-19 melonjak akibat laju penularan yang lebih tinggi sehingga tetap perlu diwaspadai.

“Pandemi Covid-19 belum berakhir, jangan remehkan varian Omicron, tetap terapkan protokol kesehatan,”tandasnya.