Ilustrasi gambar (Shutterstock)
Dunia dikejutkan dengan ditemukannya kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya pada anak-anak. Sejak awal tahun 2022 dan mulai terdeteksi pada awal April 2022, mulai Inggris Raya, Irlandia, Spanyol, Denmark, Amerika Serikat, Israel, Jepang hingga Singapura.
Pada pemeriksaan penunjang kasus-kasus yang ada justru tidak ditemukan virus Hepatitis A-E, didapatkan peningkatan fungsi liver yang signifikan dan gejala klinis hepatitis akut.
Gina Noor Djalilah Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menjelaskan berdasarkan rekomendasi IDAI , apabila pada anak berusia dibawah 16 tahun ditemukan minimal satu atau lebih gejala seperti kuning, sakit perut akut, diare akut, mual muntah, penurunan kesadaran, kejang, lesu, myalgia atau atrhalgia maka segera periksakan anak ke rumah sakit.
“Hal ini penting dilakukan untuk pemeriksaan lanjutan yakni darah, fungs liver maupun virus hepatitis A,B,C, sementara D dan E belum tersedia secara luas di Indonesia serta penanganan intensif selanjutnya,”tutur Gina Dosen Spesialis Anak FK UM Surabaya.
Menurut Gina pencegahan yang dapat dilakukan berdasarkan rekomendasi IDAI adalah pertama masyarakat tetap tenang dan berhati-hati.
“Mencegah infeksi dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan popok sekali pakai pada tempat sampah,”katanya lagi.
Selanjutnya yang harus dilakukan adalah menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak, mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala yang telah disebutkan di atas untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat
Di akhir keterangannya Gina berpesan kepada orang tua agar tetap tenang, waspada dan jangan termakan isu-isu hoax yang beredar tanpa diketahui sumber yang jelas. Konsultasikan secara langsung pada layanan kesehatan terdekat jika menemui gejala tersebut.
(0) Komentar