Ilustrasi gambar (I-Stockphoto)
Tak terasa kita telah memasuki penghujung bulan Ramadan. Perjalanan kehidupan yang terus berlalu telah menjadikan ramadan terasa begitu cepat. Ada kecemasan akan takutnya amal ibadah selama ramadhan tidak diterima. Waktu 10 Hari terakhir Ramadan menjadi saat-saat yang berharga, sehingga umat muslim seharusnya bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena belum tentu tahun depan bisa bertemu Ramadan lagi.
Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan kepada umatnya untuk meningkatkan intensitas ibadah di sepertiga akhir Ramadan. “Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut. (HR. Muslim).
Thoat Stiawan Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UM Surabaya memaparkan anjuran dan keteladanan Rasulullah SAW dalam memotivasi umatnya untuk menambah giat beribadah di 10 hari terkahir Ramadan dengan mencontohkan beberapa amalan utama.
Pertama adalah mencari Lailatul Qadar, perlu mempersiapkan strategi untuk mencari Lailatul Qadar. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan strategi yang diusahakan agar mendapatkan lailatul qadar. Tentunya persiapan ini dimulai sejak 1 Ramadan atau bahkan mulai Rajab. "Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya)
“Kedua adalah memperpanjang shalat malam, pada 10 malam terakhir, Rasulullah SAW tidak tidur, beliau menghidupkan malam-malam tersebut untuk beribadah, shalat, zikir, dan lain-lain hingga waktu fajar. “Rasulullah SAW biasa ketika memasuki 10 Ramadan terakhir, beliau kencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh dalam ibadah), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim),”terang Thoat Rabu (27/4/22)
Selanjutnya adalah memperbanyak sedekah, meningkatkan sedekah menjadi salah satu amalan utama di 10 hari terakhir sebagai ungkapan syukur atas nikmat dipertemukan Ramadan, dan juga penyempurna ibadah puasa dan ibadah-ibadah individu lainnya. Karena tidaklah sempurna keimanan dan kualitas ibadah seseorang kecuali jika adanya keseimbangan antara ibadah ritual dan ibadah sosial. Sebagaimana firman Allah SWT,
(0) Komentar