Ilustrasi gambar (Shutterstock)
Frekuensi buang air besar atau yang dikenal dengan BAB ini normalnya dalam sehari dapat bervariasi dari setiap individu. Pada umumnya, rentang yang dianggap normal adalah antara tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu. Namun, ini hanya merupakan panduan umum dan masih termasuk dalam kisaran yang luas.
Lihabi, Laboran UM Surabaya menyebut, jika ada yang BAB lebih dari tiga sampai empat kali dalam sehari dan konsistensinya encer pada fesesnya maka hal tersebut bisa dikatakan dengan diare.
“Namun, jika BAB kurang dari tiga kali dalam seminggu dan konsistensi fesesnya padat atau keras serta sulit untuk keluar, hal ini bisa disebut dengan konstipasi atau sembelit,”ujar Lihabi Jumat (11/8/23).
Beberapa faktor yang memengaruhi frekuensi buang air besar meliputi pola makan setiap hari seperti makanan pedas, kopi dan obat-obat tertentu, aktivitas fisik, kesehatan usus, tingkat stres, dan asupan serat dalam makanan.
“Adanya perubahan dalam pola buang air besar, seperti perubahan drastis dalam frekuensi atau tekstur tinja, bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan dan mungkin perlu diperiksa lebih lanjut oleh tenaga medis,”imbuhnya.
Lihabi menjelaskan, tidak ada batasan tunggal yang diakui secara universal karena banyak faktor yang memengaruhi pola buang air besar individu. Sumber daya medis yang diandalkan, seperti Panduan Klinis Merck, menyatakan bahwa variasi frekuensi buang air besar yang normal dapat berkisar dari beberapa kali sehari hingga beberapa kali seminggu.
(0) Komentar