Ilustrasi gambar (Shutterstock)
Buang air besar atau BAB adalah salah satu fungsi fisiologis yang sangat penting dalam tubuh. Meskipun seringkali dianggap tabu untuk dibicarakan, pemahaman mengenai normalitas proses ini sangatlah penting untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup seseorang.
Pola dan frekuensi buang air besar pada orang dewasa dapat bervariasi pada masing-masing orang. Tidak ada angka pasti, beberapa individu mungkin mengalami BAB setiap hari, sedangkan yang lain mungkin hanya beberapa kali dalam seminggu. Kedua pola ini dapat dianggap normal selama tidak ada gejala yang mengindikasikan masalah kesehatan yang mendasarinya.
Firman Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menyebut, kunci dari normalitas adalah kenyamanan dan konsistensi.
“Jika seseorang secara konsisten mengalami perubahan yang mencolok dalam pola atau frekuensi BAB mereka, itu bisa menjadi tanda perlu adanya evaluasi lebih lanjut oleh tenaga kesehatan,”ujar Firman Rabu (23/8/23)
Ia menjelaskan, konsistensi feses juga merupakan faktor penting dalam menilai normalitas buang air besar. Feses yang normal biasanya memiliki tekstur yang lembut, mudah untuk dikeluarkan, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu cair.
Istilah "Bristol Stool Scale" digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis konsistensi feses, mulai dari yang sangat keras (tipe 1) hingga cair (tipe 7). Idealnya konsistensi feses yang diinginkan adalah tipe 3 hingga 4, yang menunjukkan keseimbangan yang baik antara kelembutan dan kepadatan.
Warna feses dapat bervariasi dari coklat terang hingga coklat gelap, tergantung pada diet dan proses pencernaan. Perubahan warna yang mencolok, seperti feses berwarna hitam atau merah, dapat menjadi tanda adanya perdarahan dalam saluran pencernaan dan harus segera dievaluasi oleh tenaga kesehatan.
Beberapa masalah umum yang sering terjadi saat BAB, yang pertama sembelit atau konstipasi, suatu kondisi ketika pergerakan usus menjadi lambat, menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Ini dapat disebabkan karena pola makan yang rendah serat, kurangnya konsumsi air, kurangnya aktivitas fisik, dan suka menunda buang air besar.
Kedua diare, dimana tinja menjadi lebih cair dan terjadi beberapa kali saat diwaktu yang sama dengan intensitas lebih sering dari biasanya. Penyebab diare dapat bervariasi, termasuk infeksi bakteri, virus, parasit, makanan, atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu.
Ketiga hemoroid, atau juga sering dikenal sebagai penyakit wasir, ini terjadi ketika pembuluh darah di daerah anus dan rektum membengkak, yang bisa disebabkan karena adanya tekanan berlebihan saat BAB, sembelit kronis, atau faktor penyebab lainnya.
Yang terakhir fisura, ini adalah luka kecil atau retakan di kulit di sekitar anus. Ini sering kali terjadi akibat melewati tinja yang keras
“Untuk itu agar terhindar dari beberapa masalah tersebut, kita harus penuhi asupan serat yang cukup, baik dari buah-buahan mapun sayur, karena serat membantu menjaga tinja tetap lunak dan memperlancar pergerakan usus. Kemudian konsumsi air yang cukup, olahraga teratur dan hindari menunda buang air besar,”pungkas Firman.
(0) Komentar