Benarkah Monkey Pox Lebih Rentan pada Anak? Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya

  • Beranda -
  • Artikel -
  • Benarkah Monkey Pox Lebih Rentan pada Anak? Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya
Gambar Artikel Benarkah Monkey Pox Lebih Rentan pada Anak? Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya
  • 03 Sep
  • 2024

I-Stockphoto

Benarkah Monkey Pox Lebih Rentan pada Anak? Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya

Cacar monyet atau Monkeypox merupakan penyakit berasal dari virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Virus monkeypox merupakan anggota genus Orthopoxvirus dalam Poxviridae. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini disebut 'monkeypox'.

WHO mencatat cacar monyet telah tersebar hampir di 76 negara yang terkena dampak wabah. Di negara-negara yang terkena dampak sebelumnya, yang sebagian besar berada di Afrika Barat, dari berbagai latar belakang dan usia. Sedangkan negara Kawasan ASEAN melaporkan kejadian cacar monyet yakni Singapura, Thailand dan Philipina.

Gina Noor Djalilah Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menjelaskan cacar monyet merupakan kategori zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Saat ini mulai ditemukan kecenderungan dapat terjadi penularan antar manusia.

Gina menjelaskan, virus monkeypox ini dapat ditularkan ke manusia ketika ada kontak langsung dengan hewan terinfeksi (gigitan atau cakaran), pasien terkonfirmasi monkeypox, atau bahan yang terkontaminasi virus (termasuk pengolahan daging binatang liar).

“Masuknya virus adalah melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut). Sementara penularan antar manusia yakni melalui kontak dengan sekresi pernapasan, lesi kulit dari orang atau benda  terinfeksi/terkontaminasi,”jelas Gina Selasa (3/9/24)

Menurut Gina, dosen yang sekaligus spesialis anak mengatakan cacar monyet lebih rentan terjadi pada anak-anak terutama bayi. Sehingga, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap kesehatan dan lingkungan buah hati.

“Kasus fatal cacar monyet yang terjadi pada anak, menurut catatan WHO sebagian besar terjadi pada kelompok anak yang berumur 9-15 tahun, bahkan, pernah berdampak pada kematian anak-anak di Afrika,”imbuhnya lagi.

Gina menjelaskan gejala yang dialami adalah demam sumer yang disertai ruam kemerahan dengan bintil-bintil merah di kulit, bintil-bintil merah itu akan membesar dengan berisi cairan dan dapat juga cairan itu berubah menjadi nanah. Cairan pada bintil merah tersebut yang sangat berpotensi menularkan pada orang lain.

Lebih lanjut lagi, Gina menjelaskan, pencegahan cacar monyet pada anak dapat dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan yang aman. Menjaga protocol kesehatan dengan memakai masker.

Mencuci tangan pada air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah memegang barang terinfeksi atau terkontaminasi.

Mencuci tangan pada air mengalir dan sabun sebelum dan sesudah memegang bayi atau anak untuk disuapi, dimandikan dan kegiatan-kegiatan harian yang erat dengan kontak. Menerapkan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) untuk mencegah segala penyakit menular.

“Terakhir segera ke dokter jika menemukan gejala minimal cacar monyet, jangan tunggu hingga menyebar di seluruh tubuh. Lengkapi imunisasi pada anak untuk pencegahan berbagai penyakit menular,”pungkasnya.