I-Stockphoto
Penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. WHO menyebut kematian setiap tahun mencapai 17,8 juta orang akibat penyakit jantung, dan setiap 40 detik 1 dari 6 kematian di dunia akibat serangan jantung. Sementara di Indonesia angka kematian mencapai hingga 650.000 orang per tahun.
Saat ini jumlah total penduduk Indonesia mengalami penyakit jantung mencapai 2.784.064 orang. Dari 1000 orang penduduk di Indonesia 15 orang diantaranya mengalami penyakit jantung. Dan paling sering ditemukan pada usia produktif yaitu usia 30-50 tahun.
Firman, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menjelaskan, penyakit jantung koroner merupakan kondisi penyempitan pada pembuluh darah koroner yang disebabkan oleh sumbatan aterosklerosis atau plak ateroma. Awalnya plak ukuran kecil menempel pada dinding pembuluh arteri koroner, namun lama-lama plak makin banyak sehingga penyempitan makin besar. Akibatnya darah terhambat tidak bisa mengalir pada bagian otot jantung tertentu, disitulah timbul rasa nyeri pada bagian dada seperti tertimpa beban berat dan menjalar ke punggung atau lengan.
“Gejala ini biasanya bisa berkurang dengan istirahat, namun jika tidak ditangani dengan tepat, penyakit makin parah dan gejalanya pun makin berat dan tidak berkurang walaupun istirahat,”ujar Firman Rabu (27/12/23)
Firman menyebut, penyebab paling sering karena gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan, kurang beraktivitas, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan stres. Namun banyak orang yang masih belum menyadari bahwa pola tidur yang rendah juga bisa berisiko 3 kali lebih besar mengalami penyakit jantung koroner, daripada orang dengan pola tidur yang bagus.
Ia menjelaskan, sebuah penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Shen et al (2023) pada 400.000 orang di Taiwan, yang diikuti selama 5 tahun. Temuan dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa, kualitas tidur yang rendah dan durasi tidur kurang dari 4 jam perhari, sebanyak 34% mengalami penyakit jantung koroner.
Pada saat yang sama, salah satu alasan pola tidur rendah karena bergadang atau jaga malam. Untuk melihat hubungan keduanya, studi Brigham and Women's Hospital dan Harvard Medical School (HMS) di Amerika Serikat menjelaskan bahwa, bekerja shift malam selama 10 tahun berisiko 15 hingga 18 persen lebih tinggi bisa mengalami penyakit jantung koroner.
“Sift malam bukanlah faktor yang secara langsung bisa menimbulkan penyakit jantung koroner. Namun faktor lain yang memiliki risiko secara langsung harus dikendalikan seperti obesitas, hal ini dapat kita kendalikan dengan olahraga teratur dan pola makan yang sehat, agar berat badan tidak berlebih hingga menimbulkan obesitas,”imbuh Firman lagi.
Ia menegaskan, jika seseorang sedang shift malam usahakan berikan waktu istirahat sejenak disela-sela waktu, walaupun cuman sebentar, hal itu sangat penting bagi tubuh untuk mempertahankan waktu istirahat yang cukup, serta bisa memulihkan kembali energi yang telah digunakan.
“Menjaga pola makan dan olahraga teratur juga dapat mencegah hipertensi, dislipidemia dan penyakit lainnya, yang bisa memicu terjadinya penyakit jantung koroner. Selain itu dengan tidak merokok dan menghindari konsumsi alkohol serta dengan menjaga pola tidur yang cukup, sangat penting dan efektif mengurangi risiko penyakit jantung,”pungkasnya.
(0) Komentar