ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Akhir-akhir ini curah hujan mengalami peningkatan di beberapa wilayah di Indonesia. Intensitas curah hujan yang tinggi dengan durasi waktu yang lama menjadi faktor utama penyebab terjadinya bencana banjir.
Budaya hidup masyarakat yang kurang bersih dan sehat, serta sanitasi lingkungan yang masih belum memadai membuat air luapan yang terjadi akibat banjir biasanya bercampur dengan sampah, kotoran hewan maupun kotoran manusia. Hal Inilah yang kemudian menjadi penyebab banyaknya penyakit yang dapat ditimbulkan saat musim hujan tiba.
Vella Rohmayani Dosen Teknologi Laboratorium Medis (TLM) UM Surabaya menyebut bencana banjir membuat peningkatan jumlah tempat perindukan virus, bakteri dan beragam parasit penyebab penyakit. Parasit inilah yang berperan sebagai vector penularan penyakit.
“Bencana ini dapat menyebabkan kontaminasi pada penyediaan akses air bersih. Kondisi sanitasi lingkungan dan akses penyediaan air bersih tentu sangat mempengaruhi ada tidaknya risiko infeksi penularan penyakit dari berbagai agen infeksius,”ujar Vella Rabu (25/12/24).
Vella menyebut, diare merupakan salah satu penyakit yang rentan menyerang saat banjir. Kondisi banjir membuat banyak genangan air dimana-mana, hal tersebut membuat terjadinya kesulitan untuk mendapatkan akses air bersih, baik untuk masak, makan, minum, mandi maupun untuk keperluan lainnya. Sehingga sangat rentan terjadi kontaminasi makanan dan minuman.
“Penyakit demam tifoid juga rentan terjadi akibat pencemaran air. Seseorang dapat terserang penyakit ini jika terpapar air yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi,”imbuhnya lagi.
Selain diare dan demam tifoid, ada beberapa penyakit lainnya yang rentan menyerang saat musim hujan, yaitu penyakit DBD, malaria, disentri dan kolera.
Penyakit tersebut dapat ditularkan melalui perantara serangga yang berperan sebagai vector penyakit, seperti nyamuk, kecoa dan lalat. Mengingat kondisi banjir juga membuat tempat perindukan serangga semakin banyak.
(0) Komentar